22 November 2024
Kisah

Dibalik Gemerlap Kemerdekaan, Tangis Keluarga yang Belum Merdeka

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDDitengah perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79, ada sudut-sudut negeri yang masih terabaikan, termasuk di Kabupaten Aceh Selatan. Di saat banyak warga bersukacita, keluarga Mutasar dan istrinya, Yusmaidar, bersama tiga anak balita mereka, justru menghadapi kenyataan pahit kemiskinan yang tak kunjung teratasi.

Tepatnya di Dusun Suka Damai, Gampong Ujong Mangki, Kecamatan Bakongan, mereka tinggal di sebuah rumah yang jauh dari layak huni. Yusmaidar, ketika ditemui awak media pada Kamis (15/8/2024), mengungkapkan kesedihan yang mendalam. "Sebagai warga Indonesia, khususnya Aceh Selatan, kami sangat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah daerah. Kondisi rumah yang kami tempati saat ini sangat tidak layak untuk dihuni," ujarnya dengan suara bergetar.

Bertahun-tahun, Yusmaidar dan suaminya, yang berprofesi sebagai seorang nelayan, menghuni gubuk tersebut. Kini, dengan tiga anak yang masih kecil, beban itu semakin terasa berat. "Kami sudah memiliki tiga anak yang masih kecil," tuturnya sembari menahan air mata.

Beberapa kali pendataan telah dilakukan oleh pihak Gampong maupun Kabupaten, namun hasilnya nihil. "Terakhir pendataan itu dilakukan pada Juni 2024. Saya berharap pemerintah segera melirik kondisi tempat tinggal kami," tambahnya sambil menatap lantai, dinding papan rumah yang sudah keropos dan berlubang.

Keadaan rumah mereka sungguh memprihatinkan. Atap yang hanya dilapisi pelepah rumbia sering bocor ketika hujan turun, apalagi saat badai. Terletak hanya 200 meter dari laut, rumah ini juga memiliki kamar mandi yang berdinding terpal dan berjarak jauh dari rumah, sehingga menyulitkan mereka terutama saat malam hari. "Jika tengah malam ingin ke kamar mandi, kami harus ekstra hati-hati, mengingat letak kamar mandi itu berada di dekat semak belukar," cerita Yusmaidar.

Ironisnya, keluarga ini belum pernah menerima bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Terakhir kami hanya menerima satu sak beras, itu pun saat masa pandemi Covid-19," keluhnya.

Melihat kondisi rumah Mutasar yang terletak di jalan lintas nasional, tampaknya sulit untuk percaya bahwa mereka tak terpantau oleh pemerintah setempat. 

Meski tergolong keluarga tidak mampu, mereka tetap menjunjung tinggi nilai patriotisme. Di depan rumah mereka, tiang bendera berdiri kokoh, mengibarkan merah putih dengan gagah, seolah menjadi simbol bahwa meski negara ini telah merdeka, keluarga ini masih berjuang untuk merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. (**)