Eksklusive! Menelusuri Jejak Sejarah Habib Syik Blang Rheu Pidie Jaya
Foto : Meunasah Tua Peninggalan Habib Syik Aji di Gampong Blang Rheu, Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Aceh | LIPUTAN GAMPONG NEWS
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Blang Rheu adalah salah satu nama desa yang terletak di pidie jaya, memang untuk sekarang nama desa tersebut tidak popular seperti tempat-tempat yang lainnya. Akan tetapi dibalik semua itu nama desa Blang Rheu dulunya sangat banyak menyimpan kenangan. Menurut penuturan masyarakat setempat di masa penjajahan Belanda dulu desa Bang Rheu belum belum ada, tetapi setelah ada sekolompok manusia yang singgah di situ baru muncul sebuah nama Desa yaitu Gampong Blang Rheu.
Pada tahun 1819 Masehi sekelompok manusia yang berasal dari Arab singgah di tempat itu, Mareka di Ketuai oleh seorang Habib Syik dan beberapa orang pengikutnya. Mareka mendirikan pondok-pondok sebagai tempat beristirahat dan untuk pengajian. Lama kelamaan masyarakat mulai mencium adanya sekelompok pendatang di tempat itu, mareka mulai mendekati untuk melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pendatang itu. Habib Syik Aji sangat senang dengan kedatangan orang-orang setempat, beliau menyambut semua masyarakat yang datang dengan sangat ramah.
Kedatangan Habib Syik Aji dan pengikutnya ke tempat itu untuk bersembunyi dari serdadu Belanda sambil berdakwah membawa ajaran agama Islam. Pada mula-mula Habib Syik Aji menyampaikan pengajiannya secara sembunyi-sembunyi, pengajian cuma di berikan kepada pengikut-pengikutnya. Lama kelamaan pengajian Habib Syik Aji mulai tercium oleh orang-orang yang tak jauh dari tempat pondoknya, mareka ingin melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Habib Syik dan pengikutnya.
Habib Syik Aji sangat senang dengan kedatangan orang-orang sekitar daerah itu, Habib Syik Aji tidak langsung mengajak orang-orang itu untuk bergabung bersama mareka tetapi beliau terlebih dahulu memulainya dengan pendekatan-pendekatan. Ketika kedatangannya mulai disenangi oleh orang-orang yang berada di sekitaran itu Habib Syik mulai menceritakan asal usul dan tujuannya mendirikan pondok di tempat itu.
Semakin hari orang-orang mulai berdatangan ketempat Habib Syik Aji untuk mendengar cerita-cerita tentang Islam, karena penyampaiannya sangat menyentuh hati orang-orang di daerah itu maka mareka mulai tertarik dengan Habib Syik Aji dan pengikutnya. Ketika melihat kedatangannya mulai di sukai oleh orang-orang sekitar mulailah Habib Syik berdakwah secara terang-terangan. Habib Syik mengatakan kalau beliau adalah masih termasuk keluarga dari Rasulullah yang di perintahkan untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Karena perilakunya yang santun dan sangat bersahaja orang-orang yang berada di daerah itu mulai tertarik dengan pengajian-pengajian yang di sampaikan oleh Habib Syik Aji. Mareka rela setiap hari menghadiri pengajian yang di laksanakan oleh Habib Syik Aji walaupun harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan.
Habib Syik Aji tinggal di pinggiran persawahan yang jauh dari keramaian orang-orang setempat, beliau sengaja memilih tempat itu untuk menghindari dari serdadu Belanda. Karena pengikutnya sekarang sudah bertambah Habib Syik Aji mulai mendirikan sebuah Meunasah (Surau) untuk tempat ibadah, orang-orang setempat yang sudah menjadi pengikutnya ikut membantu keperluan yang di butuhkan oleh Habib Syik. Karena di tempat itu ada sebatang pohon Teumurhue (Bahasa Aceh) maka mareka sepakat tempat itu di namakan Desa Rheu, karena letaknya di pinggir sawah maka di tambah sedikit oleh Habib Syik menjadi Desa Blang (Sawah) Rheu.
Menasah Blang Rheu dulunya banyak menyimpan misteri, seperti sebuah tiang yang berada di dalam Menasah tersebut, apa bila kita bersandar di tiang itu maka akan gatal-gatal, oleh karena itu masyarakat setempat mengatakan kalua itu sebuah tiang keramat. Begitu juga kalua ada orang yang membuat keributan di dalam Meunasah tersebut maka akan terlihat penampakan yang aneh-aneh seperti suara orang yang lagi mengambil air wudhuk, tetapi orangnya tidak kelihatan.
Begitu juga di saat Aceh dilanda Komplik bersenjata antara TNI dengan pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Meunasah Blang Rheu bisa di jadikan tempat yang sangat nyaman untuk masyarakat setempat. Siapapun yang meletuskan senjata di tempat itu maka senjatanya tidak akan Meletus.
Setelah kondisi di Blang rhee merasa kurang nyaman dan tidak aman lagi Habib Syik (Habib Aji) bersama beberapa pengikutnya termasuk salah satu ulama keluarga pante geulima bergerak lagi ke perbukitan yg lebih jauh dari pemukiman penduduk yaitu di kawasan hutan Rawee yang saat ini masuk di wilayah Kecamatan Meurah Dua .
Seperti di tempat-tempat sebelumnya, dimanapun Habib Syik dan rombongannya singgah beliau tetap mendirikan pondok untuk mengajar ilmu agama Islam serta membuka sawah dan ladang untuk bercocok tanam.
Habib Syik Meninggal Dunia di Blang Raweu, beliau dikuburkan dipinggiran sungai yang sampai saat ini masih terlihat bentuk makamnya yang ditandai dengan batu nisan. Setiap pemburu Rusa yang melewati hutan tersebut mareka akan melihat makam Habib Syik, begitu juga dengan pencari ikan keureling di seputaran Pucok Krueng Meureudu.
Sepeninggalan Habib Syik, Blang Rheu semakin berkembang hingga generasi ke empat yang di pimpin oleh Habib Ali. Habib Ali memimpin pengajian Desa Blang Rheu seperti yang diperintahkan oleh pendahulunya. Kepemimpinan Habib Ali turun temurun di desa Blang Rheu Hingga sekarang ini setelah Pidie Jaya menjadi sebuah Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Pidie. Said Mulyadi, S.E, M.Si Wakil Bupati Pidie Jaya sekarang ini, adalah keturunan dari Habib Syik Aji.
Untuk diketahui, Said Mulyadi Wakil Bupati Pidie Jaya dua Periode bersama Bupati Aiyub Bin Abbas merupakan anak dari Said Ali keturunan ke empat (4) dari Habib Syik Aji. Sedangkan Said Mulyadi sendiri keturunan ke lima (5) dari Habib Syik Aji.
Penulis : Mursyidah (Tiara)
Editor : Teuku Saifullah