17 April 2024
Opini

Momentum Hari Tani Nasional, Rintihan dan Penderitaan Petani

Foto : Cek Mur Asmara | LIPUTAN GAMPONG NEWS

OPINI - Setiap 24 September Bangsa Indonesiai selalu memperingati hari Tani Nasional. Semarak hari tani nasional diperingati diseluruh pelosok nusantara, saya, anda dan kita semua tidak luput mengucapkan selamat hari tani nasional. Namun kita lupa bahwa para petani tidak hanya butuh ucapan selamat akan tetapi mereka butuh kebijakan yang bisa mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup mereka, bukan hanya sebatas selogan yang menghiasi dinding medsos, status WhatsApp, Wall Facebook, Instagram dan lain sebagainya.

Walaupun itu tidak dibutuhkan oleh petani, namun anehnya, hampir semua pejabat di Negeri ini, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah mereka  disibukkan dengan Baliho, spanduk, poster dan banner yang berseliweran hampir disemua persimpangan jalan maupun di medsos. Mereka larut dengan Ucapan Selamat Hari Tani. Seakan-akan mereka begitu peduli dengan nasib petani di negeri ini. Namun pada kenyataannya hak-hak petani masih terabaikan dan luput dari perhatian. Sungguh miris nasib petani di Indonesia bagaikan tak ada yang mau peduli. 

Kehidupan petani di negeri ini masih jauh dari kata layak, entah karena sumber daya manusia petani kita yang belum mumpuni, ataukah memang kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah kita belum ada keberpihakan terhadap para petani di negeri ini. Hal tersebut dapat kita lihat dan dirasakan oleh para petani, setiap tahun maupun pada setiap musim tanam petani masih dihadapkan dengan persoalan kelangkaan pupuk dan harga jual hasil pertanian yang tidak memadai. 

Kelangkaan pupuk sudah menjadi persoalan klasik di negeri ini, walaupun pemerintah pusat sudah mengalokasikan sejumlah anggaran untuk subsidi pupuk kepada petani, namun pupuk itu masih saja tetap langka hampir di semua daerah di Indonesia. Apakah ini permainan mafia ataukah memang ini permainan sekelompok pengusaha serakah yang sengaja menyerobot pupuk bersubsidi hak para petani yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan keberlanjutan usaha perkebunan mereka. 

Jika hal ini terus dibiarkan maka petani di negeri ini akan menjerit. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk saja setengah mati. Seharusnya para pengambil kebijakan di negeri ini  memperlakukan petani seperti layaknya profesi yang lain. Tanpa petani kita bisa makan apa ? Sudah selayaknya petani di indonesia menjadi primadona di negeri sendiri, mereka adalah pahlawan pangan Indonesia. Hasil kerja keras yang  dipenuhi peluh dan cucuran keringat petani, kita bisa makan nasi tiga kali sehari, bisa menikmati sayur-sayuran dan buah-buahan setiap hari. 

"Petani adalah pahlawan pangan yang tak butuh penghargaan, mereka hanya butuh kebijakan pemerintah yang bisa mensejahterakan mereka. Masih  banyak hak-hak petani yang belum terealisasi dengan baik, apalagi sejahtera, mengingat rintihan dan penderitaan petani selalu terdengar dari pelosok-pelosok desa."

Penulis : Cek Mur Asmara