Ayah Fud Sentil Proyek Mangkrak di Bireuen, Cilet Keuno Beouk, Keudeh Beuok!
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Ir. H. Saifuddin Muhammad, SE yang akrab disapa Ayah Fud, menyoroti kondisi sejumlah proyek pembangunan pemerintah di Kabupaten Bireuen yang terbengkalai alias mangkrak. Ia menyebutkan, salah satu penyebab utama kemacetan proyek adalah pola anggaran yang tidak fokus, atau dalam istilah Aceh disebut “cilet keuno beouk, keudeh beuok” anggaran dibagi-bagi ke banyak tempat tapi tidak ada yang tuntas.
Hal itu disampaikan Ayah Fud usai membuka seleksi atlet sepak bola Pra-PORA di Stadion Cot Gapu, Bireuen, Kamis (17/04/2025).
Menurutnya, beberapa proyek strategis seperti pembangunan Kantor DPRK di Cot Gapu, Rumah Sakit Regional di Cot Girek, Rumah Sakit Peusangan Raya di Kecamatan Peusangan, serta saluran irigasi di Peudada dan Peusangan telah lama mangkrak tanpa kejelasan. "Proyek-proyek ini telah bertahun-tahun terbengkalai dan perlu langkah konkret untuk dilanjutkan kembali," tegasnya.
Ia mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen dan DPRK Bireuen untuk segera berkoordinasi mencari solusi. "Selaku Wakil Ketua DPRA, saya akan menginisiasi pertemuan dengan pimpinan daerah, termasuk Gubernur, Bupati, Sekda, dan anggota DPR RI dari Dapil II Aceh untuk membahas secara serius langkah-langkah penyelamatan proyek-proyek mangkrak ini," ujarnya.
Ayah Fud menekankan pentingnya konsep pembangunan yang terarah dan sistem penganggaran yang berbasis kebutuhan, bukan kepentingan kelompok tertentu. "Kalau kita bicara soal RSUD dr. Fauziah, jangankan soal kenyamanan pasien, bahkan masalah parkir saja tidak jelas penyelesaiannya," sindirnya.
Ia juga menyoroti penggunaan dana APBA yang seringkali tidak fungsional. “Kalau memang ada kegiatan yang tidak efektif, kita revisi dan kembalikan ke Pemerintah Aceh. Jangan sampai perencanaan salah arah terus-menerus,” lanjutnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan bila Dana Otsus tidak mencukupi untuk melanjutkan proyek mangkrak, maka perlu dicari alternatif lain seperti dana dari APBN atau kerja sama dengan pihak ketiga.
"Selama ini pola perencanaan dan penganggaran lebih condong ke arah kepentingan kelompok tertentu, bukan kebutuhan riil masyarakat. Inilah yang membuat proyek-proyek tidak selesai," tambahnya.
Menurut Ayah Fud, seharusnya jika anggaran terbatas, lebih baik difokuskan pada satu titik agar hasil pembangunan bisa maksimal dan selesai tepat waktu. “Tidak ada salahnya fokus di satu tempat sampai tuntas, ketimbang menyebar anggaran tapi tidak ada yang jadi,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, ia berharap Pemkab dan DPRK Bireuen menunjukkan gerakan nyata untuk menuntaskan proyek-proyek mangkrak tersebut demi kepentingan masyarakat. (Adi S)