Warga Keurisi Meunasah Beureumbang Adakan Khanduri Blang dan Doa Bersama
Liputangampongnews.id - Khanduri Blang merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang masih dilestarikan di Aceh, seperti yang dilakukan oleh warga Gampong Keurisi Meunasah Beureumbang Kecamatan Jangka Buya, Kabupaten Pidie Jaya, Kamis (09/9)
Khanduri Blang sudah menjadi agenda rutinitas tahunan masyarakat, khususnya petani di Gampong Keurisi Meunasah Beureumbang. Pada acara khanduri blang tersebut masyarakat menggelarkan doa bersama.
Khanduri Blang merupakan kearifan lokal masyarakat Aceh yang masih dipertahankan di Pidie Jaya sampai saat ini.
Semua warga yang mempunyai sawah yang menanam padi, semua berpartisipasi untuk menyukseskan Khanduri Blang yang dilaksanakan di desa masing masing.
Salah satu gampong hari ini yang masih melestarikan adat dan budaya Khanduri Blang adalah Gampong Keurisi Meunasah Beureumbang, Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya
Geuchik Gampong setempat Asnawi Ali mengatakan, pelaksanaan Khanduri Blang ini di laksanakan setiap tahun dan di ikuti oleh Warga yang mempunyai sawah beramai-ramai datang ke tempat pelaksanaan Khanduri Blang, baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak ikut makan bersama dilokasi.
Menurutnya, Setelah melakukan Khanduri Blang ada juga pantangan-pantangan bagi petani dilarang melakukan kegiatan apapun di sawah selama tiga hari, mulai hari Jum'at, Sabtu, dan hari Minggu, itu sangat dilarang aktivitas karena pantangan.
Pada pelaksanaan Khanduri Blang, warga melaksanakan Doa bersama, dimana warga memohon kepada Allah SWT agar mendapat keberkahan rizkinya, Semoga jauhkan dari segala marabahaya, seperti hama, ulat dan segala penyakit lainnya. Pinta Asnawi.
Setelah selesai Acara Doa bersama, diiringi dengan makan bersama kuah beulangoeng dengan menu daging Kibas (Biri Biri). Setelah dimasak warga diambil oleh panitia dihidangkan kepada warga secara makan bersama di Meunasah.
Begitulah antusiasme warga menyambut tradisi Khanduri Blang yang sudah berlangsung turun temurun di dalam masyarakat menjelang turun ke sawah (masa tanam padi) atau usia padi sudah mulai berbuah.
Tradisi ini dilakukan turun temurun dan sudah menjadi agenda rutin di setiap tahun, oleh karena itu, petani untuk mengharapkan berkah, agar tanaman padi mereka bebas dari hama, dan penyakit lainnya saat musim tanam hingga panen tiba. Pungkas Asnawi. (Ridwan)