Jejak Pengabdian dr. Makmur: Takziyah dan Ziarah di Kuta Krueng
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Langit Pidie Jaya tampak mendung saat dr. Makmur, didampingi sahabatnya drg. Arinal Haq, kembali menapaki tanah yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Namun, kali ini langkahnya bukan sebagai dokter yang bertugas, melainkan sebagai santri yang hendak memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang ia cintai dan hormati yakni Abu Kuta Krueng.
Kabar duka itu diterimanya dengan hati yang berat. Abu, ulama kharismatik yang selama ini menjadi cahaya ilmu dan teladan bagi banyak orang, kini telah berpulang. Bagi dr. Makmur, Abu bukan sekadar seorang guru, tetapi juga sosok yang selalu membimbingnya dengan nasihat bijak dalam setiap langkah pengabdiannya di Klinik Al Munawwarah.
Di rumah duka, suasana haru begitu terasa. Para santri, guru, dan masyarakat berkumpul, mengenang sosok Abu yang telah membimbing mereka dengan keikhlasan. Dr. Makmur menyalami Abiya DR. H. Anwar Usman, pemilik Klinik Al Munawwarah sekaligus Mudir Ma'had Aly Darul Munawwarah. Dalam keheningan, mereka berbagi kesedihan yang mendalam, memahami kehilangan yang tak terukur.
Usai menyampaikan belasungkawa, dr. Makmur melangkah menuju pemakaman Abu di kompleks Dayah Putra. Di sana, ia duduk bersila di antara para pelayat lainnya, menundukkan kepala, mengirimkan doa, dan mengenang kebersamaan dengan sosok yang begitu berarti dalam hidupnya. Setiap kenangan yang terlintas semakin menegaskan bahwa ilmu dan kebijaksanaan Abu akan terus hidup dalam diri para muridnya.
Angin berembus lembut, membawa ketenangan di tengah duka. Di dalam hati, dr. Makmur menyadari bahwa meskipun tugasnya kini berada di tempat lain, tali batinnya dengan Kuta Krueng tak akan pernah terputus. Pidie Jaya bukan sekadar tempat ia bekerja, tetapi telah menjadi bagian dari ruh yang selalu hidup dalam dirinya.
Dengan hati yang lebih tenang, ia pun bersiap untuk kembali ke Aceh Besar. Namun, ia tahu bahwa langkahnya akan selalu kembali ke tempat ini, ke tanah yang telah mengajarkannya makna pengabdian dan keikhlasan. Sebab, di sinilah ia menemukan nilai sejati dari perjalanan hidupnya. (F)