Tangisan Alam di Nisfu Syakban
Oleh Fakhrurrazi RA
Sang Pecinta Ulama
Malam ini langit tak lagi tenang,
Awan gelap mengandung luka,
Hujan deras jatuh bersama duka,
Dentuman gledek menggema dalam pilu semesta.
Di awal tahun 2025, paku-paku bumi dicabut, satu januari Abuya H. Musa Jailani berpulang
Di waktu fajar menanti malam Nisfu Sya'ban, Abu Kuta Krueng di jemput pulang,
Pagi menyaksikan kepergian Aba Asnawi Lamno.
Aceh menangis dalam keheningan,
Lhee Sagoe kini tanpa cahaya,
Tasawuf kehilangan pembimbingnya,
Ilmu hakikat berselimut kesedihan.
Di Nisfu Syakban, langit berduka,
Bumi basah oleh air mata semesta,
Seakan alam pun mengerti kehilangan ini,
Seakan petir pun meneriakkan kesedihan hati.
Oh para pewaris ilmu hakiki,
Kalian pergi, tapi tak benar-benar mati,
Ilmu kalian mengalir dalam santri,
Cahaya kalian kekal dalam nur Ilahi.
Ya Allah, peluklah mereka dalam kasih-Mu,
Lapangkan kuburnya, terangilah jalannya,
Tempatkan mereka di taman surga,
Bersama para nabi, shalihin, dan auliya.
Aceh kehilangan, namun tak akan lupa,
Bahwa warisan kalian adalah cahaya,
Kami bersumpah, wahai Abu, wahai Aba, wahai Abuya,
Tasawuf kalian akan terus menyala.