Tak Ada Dana, Makam Kuno Raja Pedir Keturunan Bugis di Pidie Jaya Tak Terawat, Rehab Pendopo Bupati Capai 3M
Foto : Makam Raja Pedir dan Kerabatnya di Gampong Musa Teungoh, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya | LIPUTAN GAMPONG NEWS
"Pemkab Pijay Lebih Mengutamakan Rehabilitasi Pendopo Bupati yang Nilainya Hampir Mencapai 3M Dibandingkan Pemugaran Situs-situs Bersejarah"
Liputangampongnews.id - Kondisi Makam Kuno Raja Pedir Keturunan Bugis di Gampong Musa Teungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, tak terawat, sungguh sayang, batu nisan sudah patah-patah, kondisinya tampak berdebu dan dipenuhi semak-semak belukar.
Ketika penulis berkunjung ke lokasi makam tersebut, Rabu (03/11), tak ada tanda-tanda disana yang menunjukkan bahwa itu situs bersejarah makam Kuno Raja Pedir Keturunan Bugis yang ada di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Makam Raja Keturunan Bugis itu luput dari Pemugaran Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, makam raja itu terkesan diabaikan dan tak terawat sama sekali, basah bila diguyur hajan dan panas tersengat matahari, tak ada tanda-tanda bahwa itu makam seorang raja dan kerabatnya yang punya nilai sejarah tinggi yang harus dilestarikan dan dipugar kembali.
Untuk diketahui, suku Bugis merupakan salah satu suku yang berasal dari Sulawesi Selatan. Suku ini dikenal sebagai suku yang suka berdagang dan berlayar.
Makam kuno raja Pedir dan kerabatnya ini berada di Gampong Musa Teungoh, Kecamatan Bandar baru Kabupaten Pidie Jaya, di kenal sebagai Makam Raja keturunan Bugis.
Dalam catatan sejarah, asal usul Sultan Aceh berdarah Bugis diawali sejak Raja Aceh Sultan Iskandar Muda menikah dengan Putroe Suni, anak dari Daeng Mansur yang berasal dari tanah Bugis.
Untuk diketahui, Daeng Mansur berasal dari Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan keturunan dari Bangsawan Bugis.
Menurut cerita, Daeng Mansur berlayar dan terdampar di daratan Pidie, Aceh. Ia menjalani kehidupan dan menyatu dengan masyarakat Aceh, kemudian dia menikah dengan Putri Ulama Rubee, yang dikaruniai dua orang anak. Salah satunya Putroe Suni atau masyarakat Aceh pada waktu itu memanggilnya Putroe Sani.
Perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan Putroe Suni dikaruniai seorang putri yang bernama Ratu Safiatuddin Syah. Kemudian Ratu Safiatuddin Syah dipersunting oleh Iskandar Thani dari Negeri Pahang Malaysia.
Berawal dari sinilah permulaan adanya Pemerintahan Sultan dan Sultanah Aceh keturunan Bugis di Kesultanan Aceh Darussalam.
Sebuah sumber menyebutkan, hasil Penelitian Tim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pidie Jaya, pada makam tersebut adanya kesamaan perpaduan corak batu nisan Aceh dengan corak batu nisan raja-raja Bugis yang silendris berbentuk piala pada umumnya.
Sementara itu, pemerhati sejarah di Kabupaten Pidie Jaya, ketika disambangi Pewarta media ini dirumahnya, Rabu (03/11) sangat menyayangkan kondisi makam Raja Pedir keturunan Bugis yang luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten setempat.
Konon katanya, "Kondisi makam itu tak terawat sama sekali, "Hana terawat Bang." Badan makam dengan batu nisan sudah patah-patah, belum ada pagar untuk pengamanan dan dipenuhi semak-semak."
Kata dia, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sering berdalih tak ada dana untuk pemugaran situs-situs bersejarah, akan tetapi untuk rehabilitasi Pendopo Bupati Pidie Jaya Tahun Anggaran 2021 Pemkab Pidie Jaya rela menggelontorkan dana yang nilainya hampir mencapai 3M.
Miris !! Dibandingkan untuk melakukan pemugaran situs-situs bersejarah yang ada di Kabupaten Pidie Jaya, rehab Pendopo Bupati itu seakan-seakan jadi skala prioritas Pemkab setempat, pungkasnya. (RED)