Sabariah, Petani Garam Tradisional Asal Pidie Jaya Hidup Miskin
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kabupaten Pidie Jaya dikenal sebagai daerah yang punya potensi cukup bagus dalam memproduksi garam, akan tetapi tingkat kemakmuran para petani garam di Kabupaten itu belum maksimal.
Seharusnya dengan potensi yang ada bisa membuat para petani garam lebih makmur dan hidup layak. Akan tetapi, justru malah sebaliknya hasil garam mereka hanya cukup untuk memenuhi biaya makan sehari-hari.
Seperti halnya yang dirasakan oleh Sabariah wanita paruh baya di Gampong Grong-grong Capa, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Sejak suaminya mengalami stroke beberapa tahun lalu, Sabariah menjadi tulang punggung keluarga dengan mengandalkan usaha pengolahan garam secara tradisional ditempatnya.
Sabariah, tidak hanya menafkahi suami dan tiga anak-anaknya, namun dia juga merawat sang ayah yang sudah mulai renta, miris dan sangat memprihatinkan. Sabariah dan keluarga menempati bangunan tua yang berlantaikan tanah berdinding anyaman bambu yang sudah bolong-bolong lapuk dimakan usia.
Tidak hanya tempat tinggal Sabariah yang kondisinya memprihatinkan, namun tempat usahanya juga kondisinya sungguh sangat menyedihkan. Sarana pengolahan garam yang dia miliki hanya bermodalkan belahan drum bekas dengan dapur seadanya disebuah gubuk tua yang sudah tak layak lagi dikatakan sebuah banguan layak tempati.
Sabariah mengaku dalam sehari dia hanya mampu mengolah dan memproduksi garam sebanyak 20 bambu dengan harga jual rata-rata Rp.5000/bambu. Jika ditotal dia hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp.100.000,- itu belum termasuk biaya kayu masak dan lainnya.
Masih menurut Sabariah, pendapatan kotor Rp. 100.000 bisa didapat bila cuaca cerah, namun bila cuaca mendung dan hujan dia sama sekali tidak bisa memproduksi garam.
"Kalau cuaca panas bisa dapat 20 bambu tapi kalau hujan sama sekali tidak bisa kerja, katanya. Sabariah sangat berharap bantuan dari pemerintah untuk sarana dan modal usaha, ini satu-satunya tempat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya dan keluarga, ucapnya lirih. karena yang mencari nafkah cuma saya sendiri dengan cara begini (mengolah garam) secara tradisional, sementara suami stroke (lumpuh) ayah dah tua, dan anak-anak masih kecil-kecil," pungkasnya. (HL)