Pamtup: Pasukan Senyap yang Seharusnya Cegah Amarah Pejabat Meledak
Foto : Ilustrasi | LIPUTAN GAMPONG NEWS
OPINI - Di balik setiap langkah pejabat publik, ada sosok-sosok yang bekerja dalam diam. Mereka bukan pengawal berseragam, bukan pula petugas yang menonjol di barisan depan. Mereka adalah Pamtup, singkatan dari Pengamanan Tertutup, pasukan senyap yang bertugas memastikan keselamatan pejabat dari balik bayang-bayang.
Berbeda dari pengamanan terbuka yang mudah dikenali karena menggunakan seragam resmi, petugas Pamtup justru beroperasi tanpa tanda pengenal mencolok. Dengan pakaian kasual dan gerak penuh kewaspadaan, mereka menyatu dengan keramaian sambil terus memantau segala potensi ancaman di sekitar pejabat yang mereka lindungi.
Tugas utama Pamtup bukan sekadar mengawasi, tetapi menjadi benteng pertama dari segala bentuk bahaya. Mereka memastikan pejabat tetap aman dalam setiap aktivitas, mulai dari rutinitas di kantor hingga acara publik yang ramai. Saat pejabat menghadiri rapat, pertemuan, atau kegiatan lapangan, Pamtup sudah lebih dulu berada di lokasi, membaca situasi, dan mengantisipasi segala kemungkinan.
Namun, peristiwa pemukulan yang dilakukan Wakil Bupati Pidie Jaya, Hasan Basri, terhadap Kepala SPPG di dapur Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) menjadi sorotan tersendiri. Dalam situasi seperti itu, Pamtup seharusnya memainkan peran penting bukan hanya melindungi pejabat, tetapi juga mencegah tindakan yang bisa mencoreng nama baik institusi dan jabatan. Petugas pengamanan tertutup semestinya mampu mendeteksi perubahan emosi atau potensi konflik dan segera melakukan langkah pencegahan sebelum insiden terjadi.
Idealnya, ketika situasi mulai memanas, Pamtup harus bertindak cepat menenangkan keadaan, mengevakuasi pihak-pihak yang terlibat, dan memastikan tidak ada tindakan fisik. Dalam konteks ini, mereka berperan sebagai pengendali situasi, bukan sekadar pelindung fisik. Pengamanan bukan hanya tentang ancaman dari luar, tetapi juga tentang menjaga wibawa pejabat dari tindakan impulsif yang bisa berdampak luas secara publik maupun hukum.
Peran Pamtup memang tidak mudah, mereka bekerja dalam senyap, penuh tanggung jawab, dan harus mampu membaca karakter serta psikologi pejabat yang mereka dampingi. Insiden di Pidie Jaya menjadi pelajaran penting bahwa pengamanan tertutup tidak hanya berarti melindungi dari bahaya luar, tetapi juga memastikan setiap tindakan pejabat tetap dalam koridor etika dan kehormatan jabatan. (TS)
 
                                






 
                         
                         
                         
                         
                        
 
                         
                         
                         
                         
                        