Rindu Masa Kecil, Bos Niger Bernostalgia di Balai Pengajian
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kisah nostalgia Bos Niger tentang masa kecilnya di Balai Pengajian milik Tgk Imum Muhammad di Gampong Manyang Cut Meureudu, katanya begitu indah. Kala itu, dia masih berusia sekolah dasar dan setiap hari, usai shalat magrib, dia pergi mengaji di balai pengajian yang dimiliki oleh Tgk Imum Muhammad di Gampong Meunasah Cut, Meureudu.
Kala itu, usai shalat ashar Bos Niger mempersiapkan dirinya untuk pergi mengaji bersama teman-teman seusianya ke balai pengajian Tgk. Imum Muhammad. Untuk mengenang masa-masa itu Bos Niger sengaja bertandang ke Balai Pengajian Nurul Falah Al Fatah
Bulan Maulid pun menjadi waktu yang istimewa baginya, karena dia belajar zikir di Balai Pengajian Tgk Imum Muhammad. Namun, yang paling mengesankan bagi Bos Niger adalah saat dia mendapatkan undangan untuk berzikir di Meunasah lain dalam perayaan Maulid Nabi. Itu adalah pengalaman yang membekas dalam ingatannya dan menguatkan ikatan nostalgianya terhadap masa kecil dan tempat itu.
Tinggallah kenangan manis itu dalam hati Bos Niger, dan setiap kali dia memikirkannya, dia terhanyut dalam nostalgia masa kecil yang penuh kebahagiaan di kampung kelahirannya.
Pada setiap perayaan Maulid Nabi, dia dan teman-temannya akan berkumpul untuk bersama-sama berzikir dan merayakan kebesaran moment itu. Mereka akan mendengarkan ceramah agama dari ulama setempat, dan Bos Niger selalu terpesona oleh kata-kata bijak yang diungkapkan oleh sang guru..
Selain itu, dia juga ingat betul aroma harum kue-kue tradisional dan nasi campur yang disajikan pada perayaan Maulid. Nasi aneka menu dan kue-kue itu selalu menjadi hidangan istimewa yang dinikmati oleh semua anak-anak, termasuk Bos Niger. Rasanya seperti kenangan manis yang tak pernah pudar.
Masa kecil adalah saat-saat yang membentuk kepribadian Bos Niger. Pengalaman-pengalaman itu mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan yang masih menjadi bagian penting dalam hidupnya hingga saat ini.
Ketika Bos Niger rindu akan masa kecilnya dan kembali berpikir tentang balai pengajian saat dia dulu ditempa ilmu agama, dia tahu bahwa tempat itu adalah tempat di mana dia menemukan kedamaian, cinta kasih, dan kebijaksanaan yang membimbingnya dalam perjalanan hidupnya. (**)