Profesi Kita adalah Janji Langit
Menapak di Bumi, Bertanggung Jawab di Akhirat
Oleh: dr. Makmur
ASN di Dinas Kesehatan Aceh Besar
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: ‘Betul, kami bersaksi.’
(QS. Al-A’raf: 172)
OPINI - Sebelum ruh ditiupkan ke dalam jasad, setiap manusia pernah berdiri di hadapan Allah. Pada saat itu, Allah bertanya: “Alastu bi rabbikum?” yang maknanya “ _Bukankah Aku ini Tuhanmu?”_ Kita semua menjawab serentak, “Betul, kami bersaksi.”
Namun momen tersebut bukanlah pengakuan kosong. Ia adalah perjanjian suci, janji untuk mengabdi kepada Allah dalam peran yang kelak dititipkan kepada kita di dunia: dalam keluarga, dalam masyarakat, dan dalam profesi. Siapa yang berani menyanggupi, ruhnya ditiupkan ke dalam jasad dan diberi umur di bumi. Siapa yang ragu, diwafatkan dalam kandungan atau saat kecil. Dan siapa yang menolak, tidak dijadikan manusia.
Maka, ketika hari ini kita menjadi guru, tenaga kesehatan, ASN, ustadz, polisi, sopir, tentara, pedagang, konsultan, kontraktor, petani, atau pemimpin, itu bukan sekadar hasil pendidikan atau seleksi administratif. Itu adalah peran langit yang kita pilih dan sepakati sejak alam ruh.
Profesi: Jalan Pengabdian, Bukan Sekadar Pekerjaan
Sayangnya, banyak di antara kita lupa. Kita menjadikan profesi sebagai sarana gengsi, alat meraup harta, atau panggung kekuasaan. Kita melupakan janji awal yang penuh kesungguhan. Bahkan sebagian dari kita tidak sekadar lalai, tetapi juga mengkhianati amanah itu.
Padahal Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, semuanya enggan memikulnya dan merasa takut akan mengkhianatinya, lalu dipikullah amanat itu oleh manusia.”
(QS. Al-Ahzab: 72)
Ketika seorang dokter, perawat, bidan dan nakes lainnya melayani dengan ikhlas, ketika seorang polisi menjaga keadilan, ketika seorang guru mendidik tanpa pamrih, ketika sopir mengantar penumpang dengan amanah, dan ketika seorang ustadz berdakwah penuh ikhlas, maka sesungguhnya mereka sedang menepati sumpah langit.
Namun ketika profesi dijadikan komoditas nafsu, panggung pencitraan, atau lahan menindas orang lain, maka sadarilah bahwa kita sedang menghianati perjanjian paling agung yang pernah kita ucapkan langsung di hadapan Rabbul ‘Alamin.
Etos Kerja Para Nabi: Teladan Profesionalisme Sejati
Al-Qur'an memotret para Nabi bukan hanya sebagai utusan wahyu, tetapi juga pekerja keras yang beretika tinggi:
Nabi Adam AS, bertani.
Nabi Idris AS, menjahit pakaian.
Nabi Nuh AS, membangun kapal.
Nabi Musa AS, menggembala kambing.
Nabi Daud AS, meski raja, membuat baju besi sendiri.
Nabi Yusuf AS, mengelola keuangan negara dengan jujur.
Nabi Muhammad ﷺ berdagang dengan akhlak mulia.
> “Mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.”
(QS. Al-Furqan: 20)
“Sebaik-baik makanan adalah hasil kerja tangan sendiri. Dan Nabi Daud makan dari hasil kerjanya.”
(HR. Bukhari)
Dari mereka, kita belajar lima nilai profesionalisme:
1. Integritas: Menolak manipulasi, menjunjung amanah.
2. Komitmen: Konsisten walau tak dilihat atasan.
3. Inovasi: Selalu mencari cara lebih baik melayani.
4. Keteladanan: Menjadi panutan lewat akhlak.
5. Spiritualitas: Menjadikan profesi sebagai ibadah.
Ustadz, ASN, dan Semua Profesi: Kembali pada Janji
Seorang ustadz atau dai yang berdiri di atas mimbar bukan sedang mencari panggung, tapi sedang memikul tanggung jawab Ilahiyah.
Seorang ASN bukan pelayan sistem birokrasi, tapi pelayan umat. Seorang tenaga kesehatan bukan mengeksplorasi pasien, tetapi memberikan pelayanan sepenuh hati,
Seorang kontraktor bukan hanya mengatur proyek, tapi membangun kepercayaan.
Bahkan pedagang di pasar tradisional, jika jujur dan amanah, bisa lebih mulia di sisi Allah dibanding pejabat yang khianat.
“Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.”
(QS. At-Taubah: 105)
Maka apa pun profesimu layani, bukan ambil untung. Berbaktilah, bukan membebani. Bertanggung jawablah, bukan sekadar bekerja. Karena esensi dari profesi adalah melayani, Allah melihat seberapa ikhlas dirimu melayani hambaNya sebagai bentuk dari pengabdian terhadap diri Nya.
Dari Langit Kita Datang, ke Langit Kita Kembali
Hidup adalah ujian. Profesi adalah ladang amal. Dunia adalah tempat pembuktian janji.
Jangan sampai kita menjadi pengkhianat atas sumpah yang pernah kita ucapkan sendiri. Karena kelak Allah akan bertanya:
“Wahai ruh yang dahulu bersaksi, bagaimana engkau menjalani tugasmu di bumi?”
Semoga setiap langkah, tugas, dan profesi kita hari ini mengantarkan kita bukan sekadar pada gaji, tapi pada ridha dan surga Ilahi. Aamiin.