Peringati Hari Tani, Aliansi Mahasiswa Sorot Pertanian Aceh
Liputangampongnews.id - Aliansi Mahasiswa Pertanian USK Mengadakan Focus Group Discussion dengan tema “Peu Haba Pertanian aceh?” Kerusakan Ekologi Menghantui Pertanian Aceh yang digelar semi offline di aula dinas pertanian Aceh hari Jumat, tanggal 24 September 2021 bertepatan dengan hari Tani Nasional ke-61.
Dalam Focus Group Discussion tersebut tim kajian dari aliansi mahasiswa pertanian USK mengangkat 3 isu utama yang dibahas dalam FGD tersebut yaitu isu viral buah tomat yang dibuang petani di Aceh Tengah, Tolak izin Bakrie Group dan kasus tambang ilegal di Aceh. Sebagai pemantik FGD kali ini aliansi mahasiswa Pertanian USK mengundang pembicara dari berbagai kalangan seperti Legislatif, eksekutif, akademisi, pihak terkait, petani dan juga mahasiswa.
Adapun pembicara tersebut terdiri dari Gubernur Aceh yang dalam Hal ini diwakilkan oleh Kepala dinas pertanian dan perkebunan Aceh Ir. Cut Huzaimah, M.P, Anggota komisi 2 DPRA Yahdi Hasan S.I. Kom., Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Azanuddin Kurnia, S.P., M.P., Akademisi Dr. Muhammad Yasar, S.TP., M.Sc., Direktur Eksekutif WALHI Aceh bapak Muhammad Nur, S.H. dan mahasiswa serta petani serta masyarakat umum melalui zoom meeting yang dibuka langsung oleh Wakil Dekan III Fakultas Pertanian USK Bapak Prof. Dr. nat. techn. Syafruddin, SP, M.P.
Mengenai isu pertama terkait berita viral tomat yang dibuang petani di Bener Meriah Kadis Pertanian dan Perkebunan Aceh Ibu Ir. Cut Huzaimah, M.P mengatakan bahwa kasus tersebut telah ditangani dengan cara turun langsung ke lapangan, dengan memberikan beberapa solusi bagi petani disana. Sedangkan untuk pembangunan pabrik saos itu tidak bisa dibangun dengan begitu saja, karena ada banyak hal yang perlu di pertimbangkan.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Azanuddin Kurnia, S.P., M.P. menambahkan bahwa buah tomat yang dibuang tersebut bukanlah buah tomat hasil panen pertama melainkan buah panen kesekiankalinya. Dia mengatakan salah satu faktor tidak majunya pertanian Aceh karena teori laba-laba yaitu ketika harga mahal semua menanam namun ketika panen harga turun tidak ada ambil peluang, faktor lain yaitu karena kurangnya moral dalam semua bidang yang terlibat dalam sektor pertanian Aceh.
Bapak Dr. Muhammad Yasar, S.TP., M.Sc. mengatakan hal ini juga disebabkan oleh degradasi SDM tani. Sudah tidak banyak lagi anak-anak muda yang terlibat di dalam dunia pertanian. Untuk itu perlu kita dorong bersama dengan meletakkan perhatian serius di sektor pertanian. Bangsa ini harus bangga sebagai negara agraris dan itu diwujudkan dengan menjadi pemasok pangan terbesar dunia.
Terkait isu soal kasus tambang dan tolak izin migas blok B Bakrie Group yang diusulkan oleh aliansi mahasiswa Pertanian USK anggota komisi 2 DPRA Yahdi Hasan S.I. Kom. Sepakat menerima usulan tersebut ia mengatakan masih ada perusahaan lain yang lebih mampu dan baik dalam mengelola migas di Aceh, hal ini mengingat catatan buruk dari Bakrie group penyebab lapindo serta hutang mereka kepada negara yang belum lunas.
Sedangakan Direktur Eksekutif WALHI Aceh bapak Muhammad Nur, S.H. mengatakan perlunya kerjasama semua pihak untuk mengatasi daya rusak hutan akibat adanya aktivitas tambang illegal di Aceh. Adanya tambang dan pengelolaan migas yang buruk bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan dan pertanian yang ada di Aceh. (Misran)