Penulis : Najwa Rifa Amanda - Mahasiswi Semester 4 Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry
OPINI - TikTok telah menjadi fenomena global, terutama di kalangan Generasi Z, dengan kemampuannya untuk menyesuaikan konten sesuai minat penggunanya. Salah satu alasan utamanya adalah algoritma TikTok yang canggih, yang mampu menyajikan konten yang sesuai dengan minat dan topik yang diminati penggunanya. Ini menjelaskan mengapa banyak kaum muda menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menelusuri aplikasi ini.
Namun, di balik hiburan dan informasi yang disediakannya, TikTok juga membawa dampak yang signifikan dalam percakapan tentang kesehatan mental. Dalam konteks penggunaan TikTok, telah terjadi peningkatan praktik self-diagnosis yang dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pemahaman dan penanganan masalah kesehatan mental, terutama di kalangan Generasi Z. Meskipun TikTok memberikan akses yang luas terhadap informasi seputar kesehatan mental dan memberikan platform bagi individu untuk berbagi pengalaman dan dukungan, ada risiko bahwa informasi yang disajikan oleh para kreator konten tidak selalu akurat atau seimbang.
Praktik self-diagnosis di mana individu mencoba mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan mental mereka sendiri berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari TikTok, dapat mengakibatkan beberapa dampak yang serius. Penggunaan informasi yang tidak akurat atau tidak tepat dapat memperburuk kondisi yang ada atau menyebabkan pemahaman yang salah tentang masalah kesehatan mental yang dihadapi. Hal ini dapat menghambat individu untuk mencari bantuan yang sesuai dan menyebabkan penundaan dalam proses pemulihan.
Selain itu, praktik self-diagnosis juga dapat memberikan kesan bahwa masalah kesehatan mental dianggap sepele atau dapat ditangani tanpa bantuan profesional. Ini dapat mengakibatkan orang yang benar-benar membutuhkan bantuan serius menjadi diabaikan atau dianggap remeh oleh lingkungan sekitarnya. Dampaknya, individu tersebut mungkin merasa tidak nyaman atau tidak berani untuk mencari pertolongan, karena takut dianggap lemah atau terlalu berlebihan.
Di sisi lain, penggunaan masalah kesehatan mental sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian atau simpati dari orang lain juga dapat merugikan individu yang sebenarnya membutuhkan bantuan. Orang-orang yang hanya haus akan validasi terus-menerus berbicara tentang masalah mereka tanpa benar-benar mencari solusi atau bantuan yang sesuai. Hal ini dapat mengaburkan garis antara mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan dan mereka yang hanya mencari perhatian, sehingga mengurangi kepercayaan dan dukungan terhadap individu yang sebenarnya membutuhkan bantuan yang serius.
Dengan demikian, sementara TikTok dapat menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan pesan-pesan positif tentang kesehatan mental, penting bagi pengguna untuk tetap waspada dan kritis terhadap informasi yang mereka terima. Lebih dari itu, perlu adanya edukasi yang lebih mendalam tentang pentingnya berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.