24 Juli 2025
Opini

Dari Pengajar ke Pendidik: Menyalakan Kembali Api Pendidikan Sejati

Oleh: Tgk. Mulyadi - Pengamat Pendidikan & Attitude Generasi Penerus Bangsa

OPINI - Pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tapi soal transformasi peradaban. Kita tidak sedang mendidik generasi untuk sekadar cakap berhitung atau fasih berbahasa, melainkan mempersiapkan manusia yang utuh, beriman, berakhlak, dan berdaya cipta.

Di tengah berbagai tantangan zaman, pendidikan kita berisiko kehilangan ruhnya. Guru terlalu sering dipaksa menjadi pengajar semata—terjebak dalam rutinitas administrasi, mengejar nilai ujian, dan dibebani target kurikulum. Sementara itu, peran sejati mereka sebagai pendidik, murabbi, pelita moral generasi, mulai redup. Di sinilah kita perlu menghidupkan kembali api pendidikan sejati.

Realita Pendidikan di Pidie Jaya

Data dari pertengahan tahun 2024 menunjukkan bahwa 26,48% penduduk Pidie Jaya tidak atau belum pernah mengenyam pendidikan formal, dan hanya 6,56% yang berhasil menamatkan pendidikan tinggi. Angka ini tidak bisa kita baca secara dingin. Ini adalah panggilan untuk melakukan transformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan dari hulu ke hilir, dari kelas hingga kebijakan.

Namun, cahaya harapan tetap menyala. Sejumlah sekolah dan yayasan pendidikan di Pidie Jaya mulai kembali ke jalur pendidikan berkarakter. Yayasan Jeumal Amal Lungputu telah menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam aktivitas pembelajaran sehari-hari. Sekolah Islam Terpadu An Nur Meureudu menyeimbangkan aspek akademik dan pembinaan akhlak. Madrasah Ulumul Qur'an (MUQ) Pidie Jaya konsisten menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kecintaan pada Al-Qur’an. Yayasan Umul Ayman Meureudu pun aktif mendorong pembentukan kepribadian santri yang lembut dan bermartabat. Dan masih banyak sekolah lain yang diam-diam mengobarkan kembali ruh pendidikan yang mendidik bukan sekadar mengajar.

Membangun Mindset Baru: Pendidik Bukan Pengajar

Dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Maka, misi pendidikan dalam Islam sejatinya adalah pembentukan akhlak dan karakter. Guru bukan sekadar mu’allim (pengajar), tapi murabbi (pendidik ruhani).

John Dewey mengatakan, “Education is not preparation for life; education is life itself.” Artinya, pendidikan bukan sekadar masa persiapan, tetapi bagian dari kehidupan itu sendiri. Di tangan guru, hidup anak-anak dituntun—bukan sekadar diarahkan untuk lulus, tetapi untuk hidup bermakna dan beradab.

Paulo Freire, tokoh pendidikan asal Brasil, menggugat pendekatan pendidikan gaya lama yang ia sebut sebagai “banking concept”, di mana murid hanya dianggap tabungan kosong yang perlu diisi oleh guru. Ia menyerukan pendidikan yang dialogis dan membebaskan. Ini sejalan dengan prinsip Islam yang meletakkan niat, hikmah, dan akhlak di atas sekadar pengetahuan.

Pendidikan Berkarakter: Pilar Generasi Emas

Bangsa besar tidak dibangun oleh gedung tinggi atau teknologi canggih, tapi oleh manusia-manusia berkualitas, berkarakter dan berprinsip. Pendidikan berkarakter adalah jantung dari generasi emas. Martin Luther King Jr. pernah menyatakan, "Intelligence plus character, that is the goal of true education."

Untuk Pidie Jaya, menuju generasi emas berarti menyiapkan anak-anak yang tidak hanya mahir dalam akademik, tapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai luhur warisan adat, budaya, dan agama. Mereka yang tahu sopan santun, mengenal batas, punya rasa malu, punya tanggung jawab terhadap diri dan komunitas.

Kurikulum bisa diganti, gedung bisa dibangun, tapi jika guru tidak memiliki kesadaran akan perannya sebagai pendidik, maka hasilnya akan tetap sama: generasi yang kosong secara ruhani.

Saatnya Api Itu Menyala Kembali

Sudah saatnya kita hentikan narasi pendidikan yang hanya berorientasi pada angka. Mari kita kembali pada pendidikan yang membentuk jiwa, bukan hanya pikiran. Mari dukung para guru untuk kembali menjadi pendidik sejati, karena di tangan mereka, wajah masa depan sedang dipahat.

Pidie Jaya tidak kekurangan potensi. Kita hanya perlu menyalakan kembali apinya.