22 November 2024
Kisah

Memilukan, Potret Kemiskinan Masyarakat Pedalaman Bireuen

Foto : Bersama keluarga kecilnya, Musliadi berdiri di depan gubuk kecil yang menjadi istana bagi mereka | LIPUTAN GAMPONG NEWS

Liputangampongnews.id - Memilukan, keluarga ini, pasangan Musliadi, 28 tahun, dan Mulyana, 22 tahun, warga Desa/Gampong Blang Mane Kecamatan Makmur Kabupaten Bireuen, Aceh, bersama dua orang anak sudah tujuh tahun lebih lebih tinggal di dalam gubuk reot.

Beragam program bantuan yang digembar-gemborkan Pemerintah Aceh untuk pengentasan kemiskinan, rupanya hanya isapan jempol bagi keluarga Musliadi. Berbagai alokasi anggaran Pembangunan rumah dhuafa dan rumah masyarakat miskin hampir tiap tahun ada, baik itu dari Baitul Mal, Pemerintah Aceh (Perkim) dan dana pokok pikiran (pokir) anggota dewan yang terhormat tidak menuntaskan persoalan rumah tidak layak huni di Kabupaten Pidie Jaya.

Sebagaimana dilansir CNBC Indonesia (18 February 2021) "Aceh Siapkan Duit Hampir Rp10 T Kentaskan Kemiskinan", namun tak juga tersentuh warga miskin seperti Mulyadi dan banyak warga lainnya. Menjadi pertanyaan bagi kita semua, siapa yang merasakan bantuan tersebut?

Musliadi dengan pekerjaan buruh harian lepas ini, sudah lama tinggal di gubuk reot yang dinding rumahnya terbuat dari bambu belah, beratap dau rumbia serta kondisi dinding rumah yang sudah mulai lapuk.

Dengan penghasilan seadanya, keluarga Musliadi bersama istri dan dua orang anak, bernama Muhammad Akbar dan Cut Al- Zahra masih balita, harus rela tinggal di gubuk reot yang berukuran kecil.

Kepada awak media liputangampongnews.id, Senin 27 Desember 202, Musliadi menyampaikan, dulu sekitar 2 tahun yang lalu, pernah datang ke rumah saya, orang yang meninjau tempat tinggal kami, untuk mendapatkan satu unit rumah layak huni yang layak untuk dibantu. Orang tersebut meminta semua persyaratan administrasi seperti KTP, KK dan rumah tempat saya tinggal sekarang ini pun di foto.

Menjelang beberapa hari, orang tersebut datang kembali ke rumah saya untuk ke dua kalinya, orang tersebut langsung menjelaskan dan menawarkan cara untuk mendapatkan rumah bantuan yang layak huni. Dalam inti ceritanya, saya harus menyerahkan uang sebesar 5 juta rupiah, apabila saya mau punya rumah bantuan." papar Musliadi menceritakan kembali. Sembari meneruskan cerita, Musliadi menjawab bersama dengan sirnanya harapan yang ada.

"Kalau untuk menyerahkan uang sejumlah 5 juta rupiah, sudah pasti kami tidak memiliki uang sebesar itu, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sangat menjerit dan kewalahan. Apalagi keadaan ekonominya yang tidak stabil ditambah lagi saya kerja buruh harian lepas , terkadang ada kerja, terkadang tidak ada kerja."terangnya

Sesudah saya menjawab kepada orang itu bahwa saya tidak memiliki dana sebesar 5 juta rupiah, lalu orang itu kembali berkata, "hana cara, meunyoe hana peng" (tidak ada cara, kalau tidak ada uang). Dengan hati tegar lalu Musliadi menjawab, "tidak apa-apa, rezeki itu sudah diatur oleh Allah SWT."

Akhir perbincangan, melalui pemberitaan media ini, seandainya ada dermawan yang mau membantu rumah saya, Alhamdulillah, kami sangat bersyukur. Apalagi Pemkab Bireuen, Bupati Bireuen, dan Pemerintah Aceh  bisa perduli atas nasib saya, untuk bisa mendapatkan bantuan rumah seperti orang-orang yang tidak mampu, yang telah mendapatkan rumah." ungkapnya berharap.

Penulis : Adi Saleum

Banyak berita menarik dan actual lainnya, download aplikasi androidnya liputangampongnews.id disini ????
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.chims_app