BANJIR PIDIE JAYA
Gatal, Batuk, Pusing Menyerang Warga Banjir Pidie Jaya, Pos Kesehatan Tak Kunjung Hadir
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID -Memasuki satu pekan banjir merendam sejumlah wilayah di Aceh, situasi kesehatan warga terdampak kian mengkhawatirkan. Hingga berita ini ditayangkan, Rabu 3 Desember 2025, belum terlihat satu pun pos kesehatan berdiri di lokasi pengungsian maupun perkampungan yang masih tergenang. Kondisi ini membuat warga yang mulai mengalami gangguan kesehatan terpaksa bertahan tanpa akses layanan medis dan obat-obatan yang memadai.
Secara medis, lingkungan pascabanjir merupakan fase kritis karena air yang menggenang berpotensi tercemar kuman, bakteri, dan parasit. Paparan air kotor dalam waktu lama dapat memicu infeksi kulit, penyakit saluran pernapasan atas, diare, hingga demam. Ketiadaan layanan kesehatan lapangan ibarat “tanpa alat bantu” di ruang darurat, karena penyakit yang awalnya ringan berisiko berkembang menjadi komplikasi serius jika tidak segera ditangani.
Keluhan mulai bermunculan dari warga. Rusli (53), warga Desa Meunasah Bie, Kecamatan Meurah Dua, mengaku mengalami gatal disertai rasa perih di kedua kakinya sejak dua hari terakhir. Ia menduga keluhan itu berkaitan dengan aktivitas sehari-hari di air banjir. “Sudah dua hari begini kaki saya gatal dan perih, padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini,” ujar Rusli kepada media ini, sembari menunjukkan bagian kulit yang memerah.
Gejala serupa juga dirasakan Cek Nyak (42). Ia mengeluhkan gatal di tenggorokan, batuk, serta pusing. Dalam perspektif kesehatan masyarakat, keluhan tersebut bisa mengarah pada iritasi saluran napas atau infeksi ringan akibat udara lembap dan paparan mikroorganisme pascabanjir. “Saya batuk dan pusing, sangat butuh obat. Mau beli tidak ada yang jualan, bantuan pun tidak pernah sampai ke sini,” katanya dengan nada cemas.
Tanpa pemeriksaan dan terapi awal, keluhan seperti ini berpotensi memicu masalah lanjutan, mulai dari infeksi kulit bernanah, radang saluran napas, hingga penurunan daya tahan tubuh. Dalam protokol kebencanaan kesehatan, posko medis lapangan seharusnya menjadi garda terdepan untuk skrining, pemberian obat dasar, edukasi kebersihan, serta rujukan bagi kasus yang membutuhkan penanganan lanjutan.
Media ini telah berupaya menghubungi instansi terkait untuk memastikan respons medis di lapangan. Namun hingga berita ini diturunkan, bantuan obat-obatan dan pos kesehatan belum juga tampak di lokasi terdampak. Warga berharap kehadiran tenaga medis dan logistik kesehatan dapat segera terealisasi, sebelum keluhan ringan berubah menjadi persoalan kesehatan yang lebih serius. (**)






