Dua Tgk Dayah di Pidie Jaya Bongkar Dapur Kekuasaan di Medsos, Ada Apa?
Foto : Tangkapan layar TikTok Tgk. Juli Andika | LIPUTAN GAMPONG NEWS
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Dua nama yang dulu ikut mengantar kemenangan Bupati Pidie Jaya, kini justru jadi pengguncang di media sosial. Mereka adalah Tgk. Juli Andika dan Tgk. Muhammad Meuraksa, dua sosok muda pimpinan dayah yang kini viral gara-gara kritik tajamnya terhadap pemerintahan yang dulu mereka bela mati-matian.
Tgk. Juli Andika, mantan Sekjen Partai PAS Aceh, Pidie Jaya, partai yang jadi mesin utama pemenangan Sibral Malasyi, kini berubah haluan. Dari yang dulu barisan depan, sekarang jadi barisan penuntut. Dalam video TikTok-nya yang menyebar cepat, Tgk. Juli melontarkan sindiran pedas soal motto Bupati: “Meusyuhu” yang artinya terkenal dan maju di segala lini, tapi nyatanya Meusyuhu mundur.”
“Meusyuhu bukannya tambah maju, malah Meusyuhu mundur, katanya. Rakyat menunggu perubahan, tapi yang terlihat justru di pusat Ibukota Kabupaten tambah sepi, pedagang pada ngeluh,” kata Tgk Juli Andika dikutip dari konten tiktok pribadinya yang ditonton ribuan warganet.
Pernyataan itu langsung jadi bahan gosip politik di Pidie Jaya. Publik bertanya-tanya, apa yang bikin Tgk. Juli berbalik arah? Kekecewaan pada kebijakan, atau karena ada janji politik yang tak ditepati? Yang jelas, nada bicaranya kini tak lagi seperti masa pemenangan, tapi lebih seperti juru tabuh gendrang perang terhadap kekuasaan.
Sementara itu, Tgk. Muhammad Meuraksa juga tak mau diam. Di akun Facebook-nya, ia kerap menulis status bernada kritis, menyorot kebijakan dan keputusan Bupati yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil dan tim pemenangan, Kata-katanya tajam, bahkan menusuk, seolah tak takut lagi dengan label “oposisi.”
Fenomena dua Tgk dayah ini bikin suasana politik Pidie Jaya makin heboh. Mereka tak hanya bicara soal kecewa, tapi soal idealisme yang dikhianati. Dua-duanya pernah di dalam lingkaran, tahu betul isi dapur kekuasaan. Jadi, ketika mereka bicara, publik otomatis pasang telinga.
Yang menarik, keberanian keduanya dianggap sebagian orang sebagai bentuk “pembangkangan elegan.” terhadap kekuasaan. Mereka tidak menjelekkan, tapi menohok dengan kata-kata dan fakta. Mereka tidak marah, tapi menyindir dengan gaya santai, namun pesannya jelas: “Pidie Jaya jangan hanya viral saat kampanye, tapi juga harus nyata dalam kinerja.”
Kini publik menunggu, apakah dua sosok Tgk dayah ini akan terus bersuara lantang hingga mengguncang pondasi kekuasaan, atau justru akan dibungkam oleh politik balas budi? Satu hal pasti, suara mereka sudah terlanjur nyaring, dan gaungnya sulit dipadamkan. (**)