Digaji Rp350 Ribu Perbulan, Guru Honorer ini Tinggal Serumah dengan Kambing
Liputangampongnews.id - Profesi guru memang mulia. Tetapi, banyak guru yang hidupnya masih harus berjuang dengan keterbatasan.
Seperti yang terjadi pada Sri Hartuti, 42 tahun. Guru honorer di SD Negeri 2 Panen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi ini harus tinggal di hunian tak layak.
Rumah yang dia tempati bersama suami dan ketiga anaknya dibangun dengan bahan seadanya seperti anyaman bambu dan papan kayu. Bahkan keluarga Sri harus tinggal satu rumah dengan kambing.
Belum lagi soal tanah. Lahan yang mereka tempati bukan milik pribadi melainkan aset Perhutani.
"Ya begini rumah yang kami tinggali. Gentingnya banyak yang bocor, di kamar tidur kami pasang seng biar sedikit nyenyak," ujar Sri, dikutip dari Jatimnow.
Sebagai guru honorer, Sri mendapatkan upah sangat sedikit. Hanya Rp350 ribu sebulan, sehingga dia mengaku tidak bisa membangun rumah layak.
Sri berprofesi sebagai guru honorer sejak 2007. Saat itu, anak-anak di desanya banyak yang belum bisa membaca dan menulis.
Padahal, mereka sudah duduk di kelas IV SD. Kondisi semakin parah dengan orangtua mereka yang juga buta huruf.
Kondisi ini membuat Sri tergerak. Dia pun memberikan pelajaran tambahan demi memberantas buta huruf pada anak usia sekolah.
"Dulu sepulang sekolah saya beri pelajaran tambahan biar anak-anak desa bisa membaca," ucap Sri.
Untuk menambah penghasilan, Sri memelihara kambing. Tapi karena tak bisa membangun kandang, kambing tersebut terpaksa dipelihara di dalam rumah.
"Ya gimana lagi, tidak ada tempat. Anak saya sering diejek temannya karena tidur dengan kambing," kata dia.
Keluarga ini pun tak ambil pusing dengan ejekan. Sebab, mereka tidak punya pilihan lain.
"Ya ndak mengapa diejek. Mereka belum tahu saja," kata dia.
Bisa dibilang, kambing-kambing tersebut merupakan tabungan. Ketika tak ada makanan, Sri menjual seekor kambing untuk membeli kebutuhan pangan bagi keluarganya.
"Pas ndak punya uang, ya saya jual untuk beli beras. Nanti kalau ada uang lagi beli lagi," kata dia.
Ketika sang anak diejek, Sri hanya bisa menghibur dengan mengatakan sedang diuji Allah. Dia berharap anak-anaknya akan menjadikan pengalaman hidup susah sebagai kenangan ketika mereka sukses kelak. (**)