Buka ICAGRI 4, Prof. Agussabti: Pertanian Sangat Rentan Terhadap Dampak Perubahan Iklim
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si., IPU mengungkapkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor paling rentan terhadap dampak perubahan iklim yang menjadi perhatian global. Hal ini disampaikannya saat mewakili Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan, IPU membuka seminar internasional ICAGRI, International Conference on Agriculture and Bio-Industry yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Selasa, 18/10/2022.
Menurut Agussabti yang merupakan Dosen Fakultas Pertanian USK, bentuk perubahan iklim ditandai dengan kondisi temperatur yang terlalu tinggi, kelangkaan air, perubahan cuaca yang ekstrim, meningkatnya bencana alam hingga mengakibatkan degradasi lahan dan menurunnya produksi pertanian. Hal ini jika tidak diantisipasi dengan baik tentu dapat mengancam ketahanan pangan yang berdampak terhadap aktivitas dan kehidupan manusia seperti meningkatnya angka kemiskinan dan menurunnya kualitas kehidupan itu sendiri.
Untuk itu pihaknya mengapresiasi pelaksanaan ICAGRI 4 yang berusaha menghimpun ide, gagasan, dan hasil kajian dari para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara di dunia terkait isu-isu dan masalah global tersebut. “Saya berharap dapat berkontribusi dalam memberikan solusi terutama bagi pemangku kepentingan”, ujar Agus.
Ketua Panitia Pelaksana ICAGRI 4, Dr. Elvira Iskandar, SP., M.Sc dalam laporanya menyebutkan bahwa ICAGRI 4 ini diikuti oleh 15 negara dengan 135 presenter dan 300 orang partisipan. Negara-negara yang dimaksud adalah Indonesia, Malaysia, Nigeria, Irak, Meksiko, Libya, Belgia, Polandia, Kanada, Vietnam, Korea, Jerman, Australia, Austria, dan Cina.
Bertindak sebagai keynote speaker Prof. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si, Head of The Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, Republic of Indonesia, Prof. Han Jianlin, Head of International Livestock Research Institute – Chinesse Academy of Agricultural Sciences, China, Prof. Bhesh Bhandari, School of Agriculture and Food Sciences, University of Queensland, Australia, dan Prof. Anna J. Keutgen, University of Natural Resources and Life Sciences Vienna, Austria. (M)