27 April 2025
Proh Cakra

Tong Sampah Berlapis Emas, Protet Suram Pendidikan Kita

Foto : Ilustrasi | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID

Pawang Beurandeh: "Polem, peu na neu teupeu? Kepala sekolah kita kini memerlukan bantuan dinas hanya untuk menyediakan tong sampah."

Polem Beuransah: "Sungguh ironis, Pawang. Bukankah itu seharusnya hal kecil yang bisa mereka atasi sendiri?"

Pawang Beurandeh: "Lebih parah lagi, dinas mengalokasikan dana tujuh miliar untuk itu."

Polem Beuransah: "Tujuh miliar untuk tong sampah? Betapa mewahnya sampah di negeri kita."

Pawang Beurandeh: "Aku bertanya-tanya, apakah kepala sekolah kita sudah kehilangan daya pikir?"

Polem Beuransah: "Atau barangkali kepala dinasnya sedang kehilangan akal."

Pawang Beurandeh: "Seharusnya, kreativitas dalam mengelola sekolah lahir dari kepala sekolah."

Polem Beuransah: "Tapi yang lahir kini hanyalah ketergantungan dan pemborosan."

Pawang Beurandeh: "Apa sulitnya meminta siswa membawa satu tong bekas dari rumah masing-masing?"

Polem Beuransah: "Atau menggerakkan gotong royong, seperti dulu kala kita membangun balai desa."

Pawang Beurandeh: "Kalau begitu, uang tujuh miliar itu seharusnya bisa digunakan untuk beasiswa."

Polem Beuransah: "Atau memperbaiki perpustakaan sekolah yang atapnya bocor."

Pawang Beurandeh: "Mereka lebih memilih mengelola anggaran berdasarkan proyek, bukan kebutuhan."

Polem Beuransah: "Karena proyek ada uangnya, kebutuhan hanya ada di hati nurani."

Pawang Beurandeh: "Aku merasa malu sebagai orang tua."

Polem Beuransah: "Malu itu tanda hati masih hidup, Pawang. Semoga mereka juga segera malu."

Pawang Beurandeh: "Apakah kita harus mengirim surat protes ke dinas?"

Polem Beuransah: "Lebih baik kita ajak semua rakyat membuka mata dan berbicara lantang."

Pawang Beurandeh: "Aku khawatir, jika tong sampah saja butuh proyek, jangan-jangan nanti proyek sendok nasi pun ada."

Polem Beuransah: "Bisa jadi, Pawang. Negeri ini kadang lebih cepat membuat proyek daripada membuat perubahan."

Pawang Beurandeh: "Jika demikian, jangan heran pendidikan kita makin terpuruk."

Polem Beuransah: "Karena yang dipelihara bukan kecerdasan, melainkan kemalasan."

Pawang Beurandeh: "Di kampung ini, kami mengajari anak-anak bertanggung jawab tanpa menunggu bantuan."

Polem Beuransah: "Sementara di sekolah kota, anak-anak diajari bergantung tanpa batas."

Pawang Beurandeh: "Lucu sekali, tong sampah kini menjadi simbol kemajuan pendidikan."

Polem Beuransah: "Mungkin nanti akan ada lomba tong sampah nasional, siapa tahu."

Pawang Beurandeh: "Apakah daerah kita akan terus seperti ini, Polem?"

Polem Beuransah: "Tidak, Pawang. Selama masih ada orang waras yang mau berbicara."

Pawang Beurandeh: "Maka hari ini, mari kita berjanji: takkan diam melihat kebodohan."

Polem Beuransah: "Setuju, Pawang. Kita lawan, meski hanya dengan kata-kata."