Tangisan Wakil Bupati Pidie Jaya di Podium Musrenbang: Jeritan Nurani untuk Rakyat Pidie Jaya
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Ruangan Aula Bappeda Pidie Jaya hari ini Kamis (10/7) tak sekadar menjadi tempat pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten (RPJMK) tahun 2025–2029. Di ruang itu, masyarakat disuguhkan bukan hanya pidato perencanaan, tapi curahan hati seorang pemimpin yang memikul beban besar rakyatnya. Wakil Bupati Hasan Basri, ST, MM, berdiri di podium, dan di hadapan ratusan peserta, ia menyampaikan pidato yang begitu menyentuh jiwa.
Tak seperti biasanya, pidato Hasan Basri tidak dimulai dengan jargon atau bahasa teknis pemerintahan. Ia langsung menyentuh isu paling mendasar yakni isu kemiskinan. Dengan suara bergetar, ia menyebut bahwa angka kemiskinan di Pidie Jaya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pernyataan ini membuat suasana ruangan berubah. Hening, penuh keheningan yang mencekam, seolah seluruh hadirin ikut merasakan kegundahan yang sedang ia pendam.
Air mata tampak menetes di sudut matanya saat menyampaikan keresahan itu. Tangis yang bukan dibuat-buat, tapi muncul dari kedalaman nurani seorang pemimpin daerah yang merasa belum cukup mampu mengangkat warganya dari kesulitan hidup. Ia tak menyembunyikan kegelisahan. “Apakah kami sanggup menuntaskan ini? Ataukah akan terhenti di tengah jalan karena keterbatasan kami?” tanyanya lirih, membuat banyak peserta terdiam.
Ia kemudian dengan tulus meminta dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Bukan hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi dalam wujud kepercayaan dan keterlibatan aktif dalam pembangunan. Hasan Basri menyadari bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. “Kami butuh kekuatan rakyat untuk melanjutkan perjuangan ini. Kami butuh bapak/ibu semuanya,” ujarnya sambil menatap barisan hadirin.
Dalam pidato itu, ia tidak hanya bicara soal rencana. Ia bicara tentang tanggung jawab moral, tentang harapan orang-orang kecil yang setiap hari berjuang di sawah, di pasar, dan di rumah-rumah sederhana. Ia bicara tentang anak-anak Pidie Jaya yang menanti kehidupan yang lebih baik, dan orang tua yang menggantungkan asa pada keberpihakan pemerintah.
Hasan Basri juga menyatakan komitmennya bersama Bupati Sibral Malasyi. Ia mengatakan bahwa keduanya bukan sekadar pasangan pemimpin, tetapi sahabat rakyat yang bersedia berjalan berdampingan dengan seluruh lapisan masyarakat. “Kami tidak datang membawa kesempurnaan. Tapi kami datang dengan niat tulus untuk berbuat,” katanya, disambut anggukan banyak peserta.
Pidato itu menjadi pengingat bahwa kepemimpinan bukan soal pencitraan, melainkan soal keberanian mengakui tantangan dan mengajak masyarakat untuk bersama menghadapinya. Pemerintah tidak berada di atas rakyat, melainkan di tengah-tengah mereka. Hasan Basri menghidupkan kembali semangat kolektif itu dalam pidatonya.
Menutup sambutannya, ia berkata dengan penuh ketulusan, “Bantu dan dukung kami sepenuhnya dalam menjalankan roda pemerintahan ini. Karena masa depan Pidie Jaya bukan hanya tanggung jawab kami, tapi tanggung jawab kita semua.” Kalimat itu tak hanya menjadi penutup acara, tapi juga awal dari seruan kebersamaan membangun daerah. (**)








