16 Juni 2025
Opini

Saat Riuh Mencoba Masuk, Wabup Hasan Basri Menjaga Pidie Jaya Tetap Sejuk

OPINI - Pidie Jaya baru saja merayakan usia ke-18, usia yang masih muda namun cukup matang untuk mulai menunjukkan arah dan karakter. Di tengah perayaan yang semarak, sebuah kabar berhembus pelan namun cepat merebak, menyasar pada momen koordinasi yang seharusnya sederhana, namun ditarik keluar dari konteksnya. Dunia maya pun seakan bersiap membentuk panggung besar dari peristiwa yang sebenarnya biasa.

Apa yang sejatinya terjadi di lapangan, menurut Kasatpol PP dan WH Pidie Jaya, tak lebih dari interaksi instruksional biasa. Sebuah arahan dari pemimpin kepada petugasnya dalam rangka menata lokasi acara agar tertib dan nyaman. Tidak ada bentakan, tidak ada kekerasan, tidak ada kericuhan. Hanya percakapan singkat, dalam semangat tugas dan tanggung jawab.

Namun sayangnya, kebenaran kadang kalah langkah dari asumsi. Di ruang digital, yang cepat bukan selalu yang benar, yang ramai bukan selalu yang penting. Isu kecil pun bisa tumbuh liar saat potongan narasi dipelintir. Di sinilah ketenangan menjadi senjata utama, dan Hasan Basri, Wakil Bupati Pidie Jaya, memilih jalan itu tetap tenang dan teduh menyikapi.

Hasan Basri menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu ikut hanyut dalam arus persepsi yang sengaja diarahkan untuk menciptakan kegaduhan. Ia mengajak semua pihak untuk kembali pada inti perayaan, merayakan kemajuan bersama, mensyukuri usia ke-18 Pidie Jaya, dan membingkai masa depan dalam semangat kolaborasi, bukan polarisasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pidie Jaya telah banyak belajar dari berbagai peristiwa. Usia 18 bukan sekadar angka, ini adalah fase di mana sebuah daerah belajar memilah mana suara yang membangun, dan mana yang hanya menjadi bayang-bayang negatif. Menghadapi isu dengan kepala dingin adalah refleksi kedewasaan yang sesungguhnya.

Opini yang berkembang tak bisa dicegah, tetapi bisa diarahkan. Maka, peran pemimpin menjadi sangat krusial. Ketika Hasan Basri memilih menyikapi dengan bijak dan tidak terpancing oleh narasi yang provokatif, ia sejatinya sedang memberi pelajaran penting, bahwa ketegasan tidak selalu bersuara keras, dan klarifikasi tidak harus melawan dengan emosi.

Masyarakat Pidie Jaya patut berbangga. Perayaan HUT ke-18 tetap berlangsung aman, meriah, dan bermakna. Tidak ada catatan kekacauan, tidak ada kerusakan moral. Hanya tawa anak-anak, senyum para ibu, dan langkah penuh harapan dari generasi muda yang hadir memeriahkan panggung pembangunan. Ini adalah bukti bahwa Pidie Jaya memiliki fondasi sosial yang kokoh.

Yang paling penting adalah menjaga agar semangat positif ini tidak dirusak oleh narasi miring. Pidie Jaya adalah rumah bersama, dan rumah ini terlalu berharga untuk dirusak oleh silang pendapat yang tidak produktif. Maka setiap warga, apalagi yang aktif di ruang publik, punya tanggung jawab moral untuk menyejukkan, bukan menyulut.

Di usia barunya, Pidie Jaya membutuhkan lebih banyak energi yang mendorong ke depan, bukan yang menahan di tempat. Dan untuk itu, sikap Hasan Basri memberi contoh diam yang berisi, tenang yang menenangkan, dan langkah yang tetap fokus pada pengabdian. Itulah watak pemimpin sejati bukan yang mencari panggung, tapi yang menjaga panggung tetap layak dihuni bersama.

Mari kita jadikan perayaan ulang tahun ini bukan hanya soal pesta atau seremoni. Tetapi momentum untuk menumbuhkan cara pandang yang lebih dewasa, lebih bijak, dan lebih bertanggung jawab dalam menyikapi setiap dinamika. Karena kedewasaan daerah bukan hanya diukur dari usia, tapi juga dari bagaimana masyarakat dan pemimpinnya memelihara kedamaian. (TS)