31 Oktober 2025
Daerah

Pidie Jaya Sibuk Bicara Perubahan, Produk UMKM Lokal Saja Tak Pernah Hadir di Meja Rapat Pemkab

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDNada sindiran tajam kini menggema dari kalangan Masyarakat Pidie Jaya Peduli Perubahan. Miswar, salah satu vokalis muda, menilai Bupati dan Wakil Bupati terlalu banyak bersuara tapi minim kerja. “Kalau cuma pandai bicara di atas podium, Pidie Jaya tak butuh orator. yang dibutuhkan rakyat adalah pelaku perubahan, bukan penebar janji” ujarnya, Jumat (17/10).

Sejak awal pelantikan, duet pasangan  Sabar tampil penuh semangat dengan sederet imbauan dan janji manis. Dalam apel perdana, mereka menyatakan seluruh pejabat mulai dari Sekda, Asisten, Kepala Dinas, Kabid, Kabag, hingga Kasi wajib berdomisili di Pidie Jaya. Namun delapan bulan berselang, fakta di lapangan banyak pejabat masih tinggal di luar daerah. “Anehnya, Adee dan Keukarah saja belum mampu mereka hadirkan sebagai menu cemilan di meja rapat pemkab Pidie Jaya, apalagi mewajibkan pejabatnya menetap di Pidie Jaya,” sebut Miswar.

Ia hanya mengingatkan, karena pemerintah diawal sempat menyerukan agar produk lokal seperti keukarah, timphan, adee, bulukat teucet dan arafid wajib hadir di setiap ruang kerja dan acara resmi Pemkab. Tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan pada hasil daerah sendiri. Tapi kenyataan di lapangan berbanding terbalik. “Omongannya manis seperti adee, tapi praktiknya pahit. Kalau keukarah saja tak pernah tersaji di meja rapat, jangan bicara soal membangun ekonomi rakyat,” tegasnya.

Disektor pendidikan, janji reformasi juga nyaris tak terlihat. Arahan agar pengawas sekolah tak menetap di kantor dan kepala sekolah tak setiap hari ke dinas hanya tinggal di lisan. “Realitanya, kepala sekolah tetap mondar-mandir ke dinas dengan alasan klasik, sementara pengawasan nol, disiplin longgar, dan kebijakan hanya berhenti di meja rapat koordinasi lintas SKPK,” kata Miswar menambahkan.

Bupati dan wakilnya pun sempat menyatakan disiplin ASN: tak boleh nongkrong di warung kopi, tak boleh molor masuk kerja. Tapi hingga kini, wajah birokrasi Pidie Jaya tetap muram. “Pidato semangat di apel tiap Senin memang ramai, tapi setelah itu yang nongkrong tetap nongkrong. Pemerintah hanya kuat di retorika, lemah di tindakan,” ucapnya.

Kata Miswar, masyarakat tidak menuntut keajaiban pembangunan dalam waktu singkat, tapi menagih konsistensi janji kecil. “Kita jangan dulu bicara soal infrastruktur jalan dan jembatan, karena baru delapan bulan menjabat. Tapi kebijakan kecil yang mereka ucapkan sendiri, sudahkah dijalankan? Jangan cuma kicauan di apel, tapi nol di lapangan,” katanya..

Lebih jauh, ia menyoal perjalanan waktu pemerintahan SABAR “Dari pelantikan, 100 hari kerja, triwulan, hingga semesteran, mana gebrakan nyata yang bisa dirasakan rakyat?” tanya Miswar. Ia menyebut, arah perubahan yang dijanjikan hanya tinggal slogan. “Rakyat tak butuh banyak bicara, mereka ingin bukti sederhana, hadirnya pemimpin di tengah mereka, bukan di luar daerah.”

“Kita jangan dulu bicara soal pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, Tapi kebijakan kecil di atas, sudahkah dijalankan? Jangan hanya kicauan di apel, tapi nol di tindakan.” Ia menyatakan, rakyat Pidie Jaya tidak menuntut keajaiban, hanya ingin pemimpin yang konsisten antara kata dan kerja. Karena bagi rakyat, perubahan bukan dimulai dari proyek besar, tapi dari keberanian menepati janji kecil. (**)