17 November 2025
Kisah

Kisah Empati AKBP Muliadi dan Sopir Ambulans yang Kehilangan Uang Jalan

Foto : AKBP Muliadi, SH, MH, Kapolres Aceh Tamiang | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID -Amrullah tidak pernah menyangka perjalanan rutinnya sebagai sopir ambulans relawan Persatuan Aceh Serantau (PAS) berubah menjadi ujian batin yang begitu berat. Ia berangkat seperti biasa, membawa tanggung jawab besar menjemput jenazah warga Aceh dari Bandara Kualanamu. Namun sebelum tugas itu terselesaikan, cobaan datang tanpa aba-aba di Aceh Tamiang. Ambulans yang ia kemudikan bersenggolan dengan sebuah Fortuner pada Rabu, 12 November 2025 sebuah insiden kecil yang ternyata berdampak besar pada langkahnya menjalankan misi kemanusiaan.

Di lokasi kejadian, situasi menjadi tak menentu. Pengemudi Fortuner bersikeras meminta ganti rugi Rp1,6 juta. Amrullah hanya menggenggam uang jalan yang diberikan relawan sebesar Rp1 juta dan itu pun jumlah terakhir yang ia punya. Dengan suara menahan gelisah, ia menjelaskan kondisinya, namun tak ada ruang untuk kompromi. Uang itu diambil begitu saja, meninggalkan Amrullah dalam kebingungan yang menggoreskan perasaan tidak berdaya.

Ia berdiri sendirian di pinggir jalan, menatap ambulans yang masih harus melaju jauh. Masih ada keluarga yang menunggu kedatangan jenazah, masih ada janji kemanusiaan yang harus ia penuhi. Namun bekal perjalanan lenyap dalam hitungan menit, seolah memutus jalur yang harus ia tempuh. Di tengah panas dan suara kendaraan yang melintas, ia hanya bisa menarik napas panjang, cuma itu yang tersisa.

Pertolongan datang pada waktu yang tak diduga. Laporan mengenai insiden itu diterima Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Muliadi. Tanpa ragu, ia mengerahkan anggotanya ke lokasi, meski ketika petugas tiba, kendaraan Fortuner sudah tidak ada. Tidak ingin menyisakan relawan dalam kesulitan, Muliadi mengambil langkah yang mencerminkan empati seorang pemimpin: ia mengganti uang jalan Amrullah sebesar Rp1 juta dari kantong pribadi.

Tindakan sederhana itu menjadi titik balik hari yang sebelumnya suram. Amrullah kembali memiliki harapan untuk melanjutkan perjalanan. Bagi seorang relawan ambulans, yang bekerja tanpa pamrih dan kerap menempuh risiko, kebaikan sekecil apa pun bisa terasa seperti pertolongan besar dari langit. Misi menjemput jenazah pun kembali berjalan, membawa ketenangan bagi keluarga yang menunggu.

Kisah ini kemudian menyebar, salah satunya lewat unggahan akun TikTok @SANTY Salahoka. Dalam video yang ia bagikan pada 15 November 2025, suaranya memancarkan keharuan mendalam. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada sosok polisi yang tidak ia kenal, tetapi telah menenangkan hati rekannya yang sedang berjuang di lapangan. “Cerita ini harus kita tulis,” katanya, seolah ingin memastikan bahwa kebaikan tidak hilang ditelan rutinitas dunia.

Warganet tak tinggal diam. Kolom komentar dipenuhi apresiasi dan doa. Ada yang memuji keberanian polisi berbuat tulus, ada yang menegaskan bahwa pekerjaan kemanusiaan memang selalu membutuhkan dukungan dari orang-orang baik. Di tengah riuh kritik terhadap aparat, kisah ini menjadi bukti bahwa kehangatan hati masih hidup di banyak tempat.

AKBP Muliadi, putra kelahiran Pidie Jaya dan alumni Fakultas Hukum Unsyiah, memang dikenal sejak muda sebagai pribadi yang peka terhadap kesulitan orang lain. Perbuatannya hari itu bukan untuk mencari sorotan, tetapi mencerminkan prinsip yang sudah lama ia pegang: bahwa empati adalah bagian dari tugas, bahkan sebelum seragam berbicara. Dan bagi Amrullah serta para relawan PAS, kebaikan itu akan selalu diingat sebagai bukti bahwa jalan kemanusiaan tidak pernah benar-benar mereka tempuh sendirian. (TS)