10 April 2025
Daerah

Kerusakan Hutan Hulu Sungai Diduga Penyebab Banjir di Pidie Jaya

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDBanjir yang melanda Pidie Jaya dalam beberapa hari terakhir memunculkan kekhawatiran tentang kerusakan lingkungan di wilayah tersebut. Faisal, salah satu tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa kerusakan hutan primer di hulu Sungai Meureudu dan Sungai Beuracan diduga menjadi penyebab utama banjir. Menurutnya, kerusakan hutan ini mengganggu keseimbangan ekosistem, sehingga air hujan tidak lagi terserap dengan baik. "Kerusakan hutan di hulu kedua sungai ini telah merusak keseimbangan ekosistem, sehingga air hujan tidak lagi terserap dengan baik," ujarnya, Sabtu (23/11).

Faisal juga menyebutkan bahwa alih fungsi lahan besar-besaran di wilayah Pidie Jaya memperburuk kondisi tersebut. "Banjir ini jelas disebabkan oleh perubahan fungsi lahan. Kawasan hutan yang seharusnya menjadi daerah resapan air kini berubah menjadi area perkebunan atau pemukiman," tambahnya. Ia menyoroti kurangnya pengawasan terhadap aktivitas yang merubah fungsi lahan di daerah hulu, yang menyebabkan kerusakan yang berdampak pada masyarakat. "Dari hutan menjadi kebun sawit, ya seperti ini dampaknya kepada masyarakat," kata Faisal.

Dalam kesempatan tersebut, Faisal mengkritik kebijakan pemerintah Pidie Jaya yang dianggap kurang tegas dalam menangani alih fungsi lahan. "Ini akibat kebijakan pemerintah yang memprioritaskan sektor perkebunan dan pembangunan tanpa memperhatikan keseimbangan alam," ujarnya dengan nada kesal. Faisal menegaskan bahwa jika masalah alih fungsi lahan terus dibiarkan, bencana banjir akan semakin parah dan merugikan masyarakat. Ia juga menambahkan, "Selama usia saya, belum pernah ada banjir seperti ini. Mudah-mudahan ke depannya pemerintah meninjau kembali pembukaan lahan, kalau tidak, masyarakat akan menunggu dampak yang lebih besar lagi."

Banjir yang semakin sering terjadi memperlihatkan dampak nyata dari kerusakan lingkungan, yang tidak hanya merendam ratusan rumah, tetapi juga mengganggu aktivitas ekonomi dan pendidikan. Faisal mendesak pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah nyata dalam melindungi kawasan hutan yang tersisa. "Kita tidak bisa hanya menyalahkan cuaca, ini adalah dampak dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab," tegasnya.

Di sisi lain, masyarakat sekitar hulu sungai mengaku bahwa aktivitas alih fungsi lahan perkebunan semakin marak dalam beberapa tahun terakhir. M. Rizal, salah seorang warga, mengatakan bahwa para pelaku seringkali tidak memedulikan dampaknya terhadap lingkungan. "Kami sering melihat perluasan lahan perkebunan yang tidak terkontrol, tapi tidak ada tindakan tegas," ungkapnya. Pemerintah daerah diharapkan segera menyelidiki penyebab banjir ini, serta melakukan penghijauan kembali kawasan hutan yang rusak dan memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga hutan. (**) 

Keterangan Foto : Foto diambil pada Google Earth pro, setelah banjir surut, lokasi foto tersebut berada di kecamatan Bandar Baru, Kecamatan Meureudu, Kecamatan Meurah dua  dan Kecamatan Bandar Dua