JKA Dan Tradisi Meurajah, Seumumbo Dikalangan Masyarakat Aceh
Foto : Dok. Google Images | LIPUTAN GAMPONG NEWS
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Tradisi Meurajah atau Seumumbo dikalangan masyarakat Aceh bukanlah sesuatu yang asing lagi, tradisi ini merupakan kegiatan pengobatan tradisional yang umumnya dilakukan oleh tabib atau orang pintar.
Pawang Beurandeh warga Pidie Jaya saat ditemui pewarta media ini, Selasa (22/3) disalah satu Warkop di Kawasan Keude Meureudu, Pijay mengatakan, tradisi Seumumbo dan Meurajah sering dipraktekkan pada zaman saya masih kecil-kecil dulu, katanya. Jika saya sedang mengalami sakit orang tua saya membawakan saya ke salah seorang tabib untuk di Seumbo atau Dirajah katanya.
Menurut Pawang Beurandeh, Seumumbo lebih diidentikkan pada kegiatan pengobatan yang pasiennya anak-anak, sedangkan Meurajah pada orang dewasa.
Seumumbo atau Meurajah dilakukan oleh orang tua yang memiliki kemampuan mengobati gangguan iblis/jin jahat, baik menggunakan ilmu hitam atau sebaliknya, kata Pawang.
Tidak hanya untuk orang kesurupan, juga misal ada bayi atau anak yang rewel, nangis diluar kewajaran, demam, cacar, tidak memiliki jodoh, tidak laku usaha, sering membantah orangtua, anak bandel, dll yang semua kondisi itu dihubungkan akibat diganggu oleh iblis/jin jahat atau karena di guna-guna, ungkap Pawang Beurandeh mengenang masa lalu.
Seumumbo dan Meurajah dalam praktiknya tidak selamanya dikerjakan seperti praktik perdukunan, misalnya menggunakan kemenyan, jeruk perut, binatang tertent. Akan tetapi untuk dilakukan secara wajar, misalnya hanya membaca ayat tertentu dalam Alquran, membuat air penawar, atau melakukan pijatan pada anak sambil membaca doa.
Untuk biaya pengobatan tidak memiliki standar atau tidak dipatok harganya, biasanya diberikan seberapa ikhlas dari keluarga pasien, ada juga yang dilakukan secara gratis, ujar Pawang Beurandeh.
Zaman saya kecil Puskesmas dan Rumah sakit itu lokasinya jauh dan tidak didukung oleh sarana transportasi serta kondisi perekonomian masyarakatnya miskin. Umumnya masyarakat tidak sanggup membawa anaknya berobat ke Rumah sakit. Oleh karenanya masyarakat membawa anak-anak dan orang sakit ke tabib atau dukun, terang Pawang Beurandeh.
Kabar gembira bagi masyarakat Aceh ketika Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) diluncurkan oleh Pemerintah, semua masyarakat Aceh mendapatkan pelayanan kesehatan gratis yang disubsidi Pemerintah, namun kini program itu mau dihilangkan di Aceh, ini malapetaka bagi masyarakat Aceh, katanya. Haruskah kita kembali ke tradisi Seumumbo dan Meurajah, seperti kata Apa Karya, pungkasnya mengakhiri. (**)