IOM Relokasi Pengungsi Rohingya di Pidie dan Lhokseumawe Ke Pekan Baru
LIPUTANGAMPINGNEWS.ID - Diketahui sebelumnya 190 pengungsi Rohingya yang terdampar di Pidie dan Lhokseumawe telah ditempatkan di penampungan sementara, baik di Pidie maupun Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Kini, setelah beberapa bulan di penampungan sementara di Pidie dan Lhokseumawe, mereka telah direlokasi ke Pekanbaru, Provinsi Riau, di bagian timur Pulau Sumatra, Indonesia. Relokasi yang dilakukan pada 04 April 2023 lalu ini dilakukan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang bermitra dengan pemerintah pusat dan daerah serta mitra-mitra organisasi kemanusian lainnya.
Kelompok pengungsi ini akan berada di bawah perawatan dan pengawasan petugas IOM dan pemerintah daerah setempat,
dan akan mendapatkan akomodasi berbasis komunitas serta bantuan perawatan setibanya mereka di Pekan baru,
hal ini serupa dengan yang disediakan bagi para pengungsi lainnya di seluruh Indonesia.
Mereka juga akan menerima
bantuan perawatan di bawah pengawasan IOM untuk membantu mereka melanjutkan kehidupannya.
Jeffrey Labovitz, Kepala Misi IOM di Indonesia mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kota Pekanbaru yang telah mendukung inisiatif relokasi ini, dengan menyediakan tempat tinggal yang lebih baik bagi kelompok-masyarakat yang rentan ini.
"Relokasi ini menandakan adanya awal yang baru di lingkungan yang aman, setelah berbulan- bulan hidup dalam kondisi terbatas di Pidie dan Lhokseumawe,” kata Jeffrey Labovitz.
IOM juga memuji pemerintah daerah Pidie dan Lhokseumawe yang telah menerima kelompok rentan ini dan menyediakan tempat penampungan sementara bagi mereka.
"Penghargaan khusus juga harus diberikan kepada masyarakat setempat atas semangat kemanusiaan mereka dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya," tambah Jeffrey Labovitz.
Relokasi yang baru saja terjadi ini, menyusul relokasi yang dilakukan sebelumnya pada bulan Mei 2022, ketika IOM Indonesia memfasilitasi perpindahan 119 pengungsi Rohingya dari Aceh ke Pekanbaru.
"Kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia telah menghadirkan beberapa tantangan, tidak terkecuali risiko perjalanan dengan perahu yang berbahaya serta ancaman terkait dengan penyelundupan dan perdagangan orang, yang biasanya menyebabkan perjalanan masuk ke wilayah suatu negara tidak sesuai prosedur , pelanggaran hak asasi manusia serta kekerasan fisik", ungkap Jeffrey Labovitz.
Saat ini, IOM Indonesia membantu lebih dari 7.400 pengungsi di Indonesia, melalui berbagai layanan dan inisiatif yang mencakup program pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang, memperkuat perlindungan bagi pekerja migran, mengurangi paparan dan kerentanan terhadap bencana alam, serta mendukung sistem manajemen perbatasan terpadu yang berfokus untuk mendukung upaya pemulihan COVID -19, sebutnya.
"IOM memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan oleh para pengungsi, termasuk pengaturan relokasi ini, dengan dukungan dari European Civil Protection and Humanitarian Aid Operations (ECHO) dan Biro Kependudukan, pengungsi, dan Migrasi (PRM) dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat", demikian keterangan Kepala Misi IOM di Indonesia, Jeffrey Labovitz. (AS)