Guru SD di Pidie Jaya Ajarkan Anyaman Bleut kepada Siswa
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Di sebuah sekolah dasar di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, suasana pekarangan sekolah menjadi saksi sebuah tradisi zaman dulu yang kembali hidup. Miswar, salah seorang guru SD Negeri 22 Bandar Baru dengan penuh semangat mengajarkan kepada para siswanya tentang seni menganyam daun kelapa menjadi bleut, sebuah alat tradisional khas Aceh. Dengan kecermatan dan ketelatenan, miswar membimbing anak-anak dalam proses pembuatan bleud, mengenalkan mereka pada teknik yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Bahan baku untuk membuat bleud ini sangat mudah ditemukan di sekitar kita, yaitu daun kelapa muda yang melimpah di kebun-kebun lokal. Daun kelapa muda ini dipilih karena fleksibilitas dan kekuatan seratnya, yang membuatnya ideal untuk anyaman yang kuat dan tahan lama. Proses pengolahan daun kelapa muda menjadi bleut merupakan langkah awal yang penuh keterampilan dan ketelitian.
Bleut sendiri adalah alat tradisional yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh zaman dahulu. Biasanya, Bleut digunakan untuk menjemur belimbing (asam sunti), menutup dinding sumur (palang mon) dan bahkan untuk tolak angin rumah (tulak angen). Penggunaan Bleut mencerminkan kearifan lokal yang memadukan fungsi praktis dengan nilai-nilai budaya yang mendalam.
Anyaman bleut tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga memiliki nilai estetis yang tinggi. Setiap anyaman menunjukkan keindahan dan keahlian tangan pengrajin, yang mencerminkan rasa seni dan budaya masyarakat Aceh. Dengan teknik anyaman yang terampil, bleud menjadi karya seni yang bermanfaat sekaligus memperindah lingkungan.
Selain nilai estetisnya, membuat bleut dari daun kelapa juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Dengan memanfaatkan bahan alami yang tersedia di sekitar, proses pembuatan bleut turut mendukung keberlanjutan sumber daya alam. Ini adalah contoh nyata bagaimana tradisi lokal dapat berperan dalam menjaga keseimbangan alam.
Melalui pengajaran ini, generasi muda Aceh tidak hanya belajar tentang keterampilan kerajinan tangan, tetapi juga tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya serta lingkungan mereka. Dengan menganyam bleut, mereka tidak hanya mewarisi tradisi, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam dan budaya Aceh, pungkas Miswar. (**)