22 November 2024
Pendidikan

Gedung MIN di Pidie Jaya Serasa Kandang Kambing

Foto : Ruang Kegiatan Belajar (RKB) MIN 4 Pidie Jaya | LIPUTAN GAMPONG NEWS

Liputangampongnews.id - Jika mendengar Sekolah berprestasi pasti kita semua terbayang dengan kondisi bangunan yang megah, fasilitas lengkap dan sarana prasananya juga memadai yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Lain halnya dengan suasana jika yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri 4 Pidie Jaya.

Amatan Liputangampongnews.id, Rabu (19/1) memang terdapat bangunan swadaya oleh masyarakat namun belum mendapatkan sentuhan dari pihak pemerintah. Sebanyak tiga ruangan menjadi pemandangan begitu miris jika berkunjung ke sekolah tersebut. Ketiga ruangan ini layak disebut sebagai ruangan kelas rasa kandang kambing.

Kondisi bangunan gedung MIN 4 Pidie Jaya di Desa Dayah Kruet, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya sangat memprihatinkan dan butuh perhatian serius dari pemerintah.

Kondisi bangunan Madrasah yang hanya memiliki tiga ruang permanen yang layak pakai, selebihnya hanya bangunan tua peninggalan tahun 1990-an. Bahkan ada tiga Ruang kelas belajar (RKB) di MIN itu mirip dengan kandang kambing yang tidak layak digunakan belajar. 

Tiga RKB hasil swadaya warga dan wali murid, terbuat dari kontruksi bambu, dinding tepas dan atap rumbiah dengan ukuran kecil itu selama menjadi salah satu tempat bersekolah anak warga setempat.

M Yusuf Hasan, Komite MIN 4 Pidie Jaya, saat ditemui awak media mengungkapkan kondisi Madrasah seperti ini sudah terjadi cukup lama. Bahkan sebelumnya kami terpaksa melakukan PBM di luar sekolah, yaitu di balai pengajian terdekat gampong setempat.

"Untuk mengantisipasi anak-anak tidak berkeliaran di luar sekolah, kami mengajak warga dan wali murid untuk membangun RKB seadanya asalkan anak-anak bisa belajar. Kalau hujan deras harus menghindar karena dindingnya terbuat dari tepas  yang berlubang karena tidak semuanya tertutup," ujar Yusuf.

Sejak tahun 2015, Madrasah ini belum ada perhatian khusus dari pemerintah baik tingkat kabupaten maupun pemerintah pusat. Adapun bantuan hanya bersumber dari dana BOS dan sumbangan dari ASN, masyarakat serta wali murid. Kondisinya memang benar-benar kumuh dan sempit, dari satu RKB terpaksa kami belah menjadi dua agar cukup ruangan untuk PBM," sampaikan Yusuf

"Bahkan saat tahun ajaran baru kami terpaksa membatasi penerimaan murid baru karena tidak tertampung dengan sarana yang ada. Saat ini jumlah murid sudah mencapai 250 orang dengan ruangan yang tersedia hanya 9 termasuk kantor guru. Sementara RKB yang dibutuhkan 18 ruang," jelasnya.

Begitu juga dengan lantai yang rendah ikut tergenang saat hujan. Dimana semua air hujan dari luar perkarangan masuk sampai ke RKB sehingga anak-anak harus membuka sepatunya. Lebih menyedikan lagi air dari pembuangan MCK bercampur dan menimbulkan bau tak sedap," papar Nuraini guru yang ikut memberi keterangan.

Pada beberapa kesempatan pihak sekolah) madrasah sudah mengajukan proposal pembuatan gedung sekolah permanen yang layak, namun sejauh ini belum ada realisasi dari permintaan tersebut," akhiri Komite. (FAN)