Gajah Obrak-Abrik Tanaman di Alue Demam, Pemerintah Dituding Diam Saja
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Ratusan masyarakat Beuracan Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, dan sekitarnya yang bertani di kawasan Alue Demam, Traceue dan Panton selama ini mengeluh. Pasalnya, aneka jenis tanaman yang mereka tanami punah diobrak-abrik binatang tersebut. Kendati binatang berbelalai itu jumlahnya hanya beberapa ekor, namun hampir setiap malam membabi buta di kawasan tersebut.
Gajah beroperasi terkadang hampir mendekati pemukiman penduduk. Sehingga wajar saja bila mayoritas petani tidak berani lagi ke kebun. Tanaman yang diganggu antara lain, kelapa, durian, kemiri, kakao atau cokelat serta aneka jenis tanaman muda atau sayur-sayuran. Untuk menghalau binatang tersebut, warga mengaku sudah kehabisan akal. Sungguh pun menghindar, tapi esoknya kembali lagi.
Hal itu dilaporkan Keuchik Gampong Mulieng-Beuracan, M Yusuf, kepada wartawan media dan Camat Meureudu, Jailani SE, MM, di kantor camat setempat, Kamis (2/3). Ditambahkan Yusuf bahwa serangganya sudah terjadi beberapa bulan. Ditanya, tentang upaya dinas terkait dari tingkat provnsi dalam hal ini, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), keuchik tadi menyebutkan percuma saja.
Pihak petugas BKSDA ada turun ke lokasi dan menyerahkan mercon sebagai alat untuk mengusir gajah. Tapi sama sekali tidak mapan alias tidak berhasil. Malah masyarakat khawatir jangan-jangan gajah mengamuk dan sasarannya ke pemukiman penduduk. Petugas hendaknya menurunkan pawang untuk menjemput gajah dimaksud. “Usaha tani kami kini pupus sudah akibat amukan gajah,” timpal M Yusuf.
Diakui binatang tersebut memang tidak boleh ditembak karena menyalahi aturan pelakunya akan dimasukkan ke totopan (maksudnya penjara). Tapi logikanya, mana mahal gajah dengan nyawa manuria, tanya Keuchik Mulieng. Apalagi amukan gajah di wilayahnya (Gle Beuracan---red) sudah berlangsung lebih empat bulan. Namun hingga sekarang belum juga tuntas. Apa menunggu korban jiwa manusia baru kemudian semua pada sibuk dan jalan terakhir dicari jalan pintas, paparnya lagi dengan geram.
Camat Meureudu, Jailani, juga mengaku prihatin dengan kehidupan warga yang bermukim psisisr selatan. Pihaknya kerap menerima laporan kechik maupun tokoh masyarakat tentang keberadaan hewan liar tersebut. Selain kawasan Gle Beuracan, penduduk yang bertani di Gle Gampong Sarahmane dan Lhok Sandeng Kecamatan Meurahdua (tetangga Meureudu) juga mengeluhkan persoalan sama.
Pemerintah Diam Saja
Persoalan gajah tak pernah tuntas ditangani juga menjadi pembicaraan warga di warung-warung kopi. Mereka tuding pemerintah (dalam hal ini instansi terkait) di tingkat provinsi terkesan “tutup mata”. Kendati peduli tapi asal-asalan. Buktinya, sebut salah seorang warga yang sedang ngopi di salah satu warkop di Meureudu. Selain Meureudu, amukan gajah liar juga terjadi di sejumlah kecamatan di Pidie. (**)