29 Maret 2024
Opini

Di Aceh, Anak Dibawah Umur Jadi Korban Pelecehan Seksual

Foto : Diva Nadia | LIPUTAN GAMPONG NEWS

Penulis : Diva Nadia - Mahasiswa Ilmu Politik Uin Ar-Raniry Banda Aceh

OPINI - Everyday kasus seksual tidak pernah berakhir, baik dari kalangan anak muda, dewasa sampai dengan lansia. Akhir-akhir ini sering sekali terjadinya seks bebas. Berbicara tentang perilaku seks bebas tidak pernah terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi dan akibat negatif yang ditimbulkannya. Perilaku seks bebas merupakan sebuah kritik sosial yang sangat mencemaskan orang tua, pendidik, ulama, tokoh masyarakat serta aparat pemerintah.

Menurut Kartono(2008), pada umumnya perilaku seks bebas yang terjadi berdasarkan kepada dorongan seksual yang sangat kuat serta tidak sanggup mengontrol dorongan seksual. Selanjutnya perilaku seks bebas atau free sex dipandang sebagai salah satu perilaku seksual yang tidak bermoral dan sangat bertentangan dengan nilai- nilai agama dan adat istiadat.
Disamping itu, para penganut perilaku seks tentu kurang memiliki kontrol diri sehingga tidak bisa mengendalikan dorongan seksualnya. Berbicara tentang perilaku seks bebas tidak pernah terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi dan akibat negatif yang ditimbulkannya.

Di Aceh, akhir-akhir ini 89% korban yang menjadi korban seks bebas adalah anak-anak yang masih dibawah umur, jumlah pelaku kekerasan seksual di bawah umur 18 tahun semakin tinggi dari tahun ke tahun. Celakanya hal bejat tersebut dilakukah oleh oknum-oknum yang berpendidikan dan juga berpengetahuan tinggi. Seperti kasus Kepala Baitul Mal Aceh Tenggara, motif kejadiannya merudapaksa seorang santri yang masih berumur 16 Tahun sejak agustus 2021- 19 januari 2022.

Dalihnya hanya untuk memijat badannya, dan ternyata hal kejipun terjadi pada saat yang bersamaan. Kalau butuh pijatan datangin tukang pijat dong! Jangan cari kesempatan dalam kesempitan. Jangan seperti dabat kalau nafsunya tidak bisa dikontrol langsung cari mangsa. Ingat ya kita ini manusia, punya adat, hukum serta budaya kalau ingin melepaskan hawa nafsu Ya tinggal nikah, ataupun banyakin ibadah, dan juga banyak-banyak puasa biar hilang segala bejatnya.

Untuk segala bentuk pemerintahan, ataupun perkantoran, sekolah, serta masyarakat pendesaan, sebelum banyaknya terjadi korban seks bebas alangkah baiknya seminggu sekali dibuatkan pengajian khusus ataupun seminar untuk menghindari segala perbuatan yang bejat itu.
Tidak ada suatu persoalan atau masalah yang tanpa solusi.

Persoalan seks bebas harus ditangani oleh orang tua, sekolah, Pemerintah, dan remaja sendiri. Diperlukan refleksi moral untuk menangkalnya seperti :

1. Hindari lingkungan yang buruk
Lingkungan merupakan area bersosialisasi setelah keluarga. Ketika lingkungan yang digunakan untuk bersosialisasi bukanlah lingkungan yang baik, maka perilaku menyimpang dapat saja terjadi. Menjadi pekerjaan orang tualah untuk mendidik anaknya supaya dapat mengerti baik dan buruk suatu perilaku sejak dini. Namun terkadang karena kesibukan dari orang tua maka anak yang tidak mendapat pengawasan dengan baik dan akhirnya banyak dari mereka yang terjerumus pada pergaulan bebas.

Banyak dari orang tua yang berdalih jika pekerjaan mereka adalah untuk kebutuhan anak juga. Hal ini memang dibenarkan namun ketika anak merasa diabaikan maka sebagai pelampiasannya, anak akan dengan mudah bergaul dengan pergaulan yang salah. Solusi yang tepat untuk hal ini tentu dapat dilakukan dengan cara membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk mengurusi serta memperhatikan anak-anak dengan baik.

2. Batasi waktu keluar rumah
Waktu untuk bersosialisasi memang penting namun harus ada aturan dan batas-batasannya. Batasan dan aturan di dalam keluarga, harus dibicarakan dengan seluruh anggota keluarga agar nyaman satu dengan yang lain. Aturan yang dibuat tersebut dapat digunakan untuk membatasi ruang lingkup anak supaya tidak terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. Terutama pada malam hari, sebaiknya anak tidak boleh keluar kecuali ada hal yang mendesak atau dapat pula dengan didampingi oleh orang tua. Tidak adanya batasan waktu, membuat seorang anak akan lebih bebas sehingga dampak dari pergaulan bebas pun tidak dapat dielakkan.

3. Isi waktu kosong
Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu yang kosong dengan kegiatan yang bersifat positif. Mengisi waktu kosong menghindarkan diri dari sikap bermalas-malasan atau bahkan pergi keluar untuk bergaul dengan mereka yang telah terjerumus. Untuk remaja, isilah waktu kosong dengan kegiatan – kegiatan yang mendukung keahlian ataupun kemampuan seperti ekstrakurikuler dan organisasi. Dengan begitu, waktu akan terisi oleh hal – hal yang bernilai.

4. Jangan salah bergaul
Bagi remaja yang kini sedang pubertas, mereka pasti akan memilih teman yang mengasyikan daripada yang baik. Walaupun tidak boleh membeda – bedakan teman, tapi ada baiknya apabila memilih teman yang memang baik untuk masa depan kita. Memilih teman yang dalam artian tidak menjerumuskan kita pada kondisi yang buruk. Apabila seorang remaja sudah memiliki teman yang “tidak benar” maka secara tidak sadar remaja tersebutakan terbawa arus yang “tidak benar”.

5. Memperdalam iman
Kuatnya iman dan dekatnya hubungan remaja dengan Tuhan-nya akan membawa mereka jauh dari kata dosa. Semakin banyak kita memperdalam dan memperkuat iman, maka semua ajaran yang menyimpang pun sudah pasti tidak akan dilakukan. Kuatnya iman inilah yang membawa mereka jauh dari terjerumus kata dosa.

7. Peranan Orang Tua
Orang tua dan keluarga adalah lingkungan yang terdekat dengan remaja. Pengawasan orang tua dalam perkembangan remaja haruslah intensif. Orangtua harus meluangkan waktunya bersama anak – anak mereka agar anak – anak tersebut merasa diperhatikan. Rasa diperhatikan inilah yang membuat remaja akan selalu nyaman berada dirumah. Walaupun begitu, orang tua juga harus bisa menjadi teman bagi anak – anak mereka agar nantinya mereka akan selalu merasa lengkap berada di lingkungan keluarga.

8. pendidikan tentang seks
Pendidikan seksual bukanlah suatu hal yang tabu. Pengajaran mengenai seksualitas menjadi penting karena bisa membantu anak dan remaja keluar dari risiko penyakit alat reproduksi, pelecehan serta kekerasan seksual. Melansir tulisan Psikolog Klinis Dewasa Inez Kristanti dalam situs resmi Durex, edukasi seksualitas dari orangtua untuk anak atau remaja tidak sekadar memebrikan informasi tentang apa seks dan kontrasepsi. Akan tetapi, edukasi seks menumbuhkan perasaan serta kemampuan bertanggungjawab anak serta remaja dalam membuat keputusan seksualnya berdasarkan informasi yang kredibel dan nilai-nilai mereka.