04 Desember 2024
Opini

Berorganisasi: Berkorban untuk Keluarga atau Keluarga Jadi Korban?

Foto : Rizki Maulizar Yusuf | LIPUTAN GAMPONG NEWS

OPINI - Keluarga adalah salah satu tempat di mana kita pulang, pulang saat membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah. Juga pulang untuk melepas rindu dan mendapat kasih sayang dari kedua orang tua kita, Terkadang, meski sekadar senyuman dari orang tua kita akan tetapi begitu bermakna bagi kita yang pernah rasakan hal hal seperti itu. mampu menjadi obat dan pelepas penat ketika kita sudah lelah dengan aktivitas yang ada. Seperti lelahnya setelah bekerja ataupun kegiatan yang lainnya. Semua teratasi dengan adanya canda tawa serta senyum ramah dari mereka (keluarga). Sehingga rumah seakan menjadi surga ketika kita mampu dan bisa mendapatkan ketenangan dan kedamaian hati, yang mungkin biasa disebut dengan kata harmonis. Selain soal pekerjaan, kadang keluarga sering kita tinggal pergi hingga berhari-hari. Namun, kepergian kita karena mempunyai tugas dan amanah lain, misalnya aktif di sebuah organisasi atau yang lainnya. Terlebih lagi di organisasi, banyak sebagian waktu tersita hanya untuk rapat dan memikirkan umat, yang pastinya tiada upah untuk itu. Malah yang ada kita merogoh kocek pribadi demi berjalannya organisasi, dan hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa bagi seorang aktivis..

Tak peduli apapun profesinya, meskipun hanya bergaji ratusan ribu, tetapi masih menyisakan sedikit untuk memberikan sumbangsih. Tetapi dari kesemuanya, waktu adalah yang paling berharga. Karena pastinya, banyak pekerjaan di dalam rumah yang sebenarnya menanti ketika libur diluar rumah, tapi semua tersita untuk kegiatan ataupun agenda di organisasi. Apakah keluarga menjadi korban? Atau inikah sebuah pengorbanan untuk keluarga? Berorganisasi, Keluarga Jadi Korban? Dalam keluarga, pasti setiap kepala di semua anggota keluarga mempunyai pemikiran masing-masing, itu pun lumrah dan manusiawi. Namun ketika kita memilih masuk ke sebuah organisasi, kita harus mengikuti aturan di dalamnya. Sehingga, setiap agenda dan kegiatan organisasi, kita kudu hadir dan pasti terlibat di dalamnya. Berawal dari pertanyaan seorang teman saya bertanya. “Kamu seharian nggak pulang, apa ngak di cari sama orang tuamu ataupun saudara dekatmu” sontak pertanyaan yang membuat saya harus berpikir untuk mencari jawabannya..

Namun, saya sangat beruntung, karena mempunyai keluarga yang mengerti keadaan keadaan saya Padahal, pasti dia orang tua saya begitu cemas terhadap saya ketika saya aktif di salah satu organisasi, Tetapi, terkadang hal yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga akhirnya keluarga yang ditinggalkan. Apakah keluarga menjadi korban? Sejatinya tidak, dalam konteks Bermuhammadiyah, kita mungkin sudah tak asing dengan kalimat yang disampaikan oleh Jenderal Sudirman, “Sungguh berat jadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik pulang!” dengan kata kata ini saya selalu termotivasi untuk aktif di organisasi memang berat! Sih Di satu sisi lain kita mempunyai amanah dalam berorganisasi yang seakan keduanya tak bisa jika disuruh memilih salah satu di antaranya. *** Tetapi, ketika kita dalam Bermuhammadiyah dengan hati ikhlas, maka akan merasakan rasa yang gembira. Tanpa beban dan tanpa tekanan, memang tanggung jawab kepada keluarga kita tanggung hingga di akhirat kelak, begitu pula dalam menjalankan amanah organisasi. Tapi beruntunglah kiranya ketika kita memiliki keluarga yang juga aktif dan berkecimpung di dunia yang sama, sehingga mengerti dan memahami posisi dan keadaan seorang yang seperti kita aktif di organisasi, dan yang beruntung salah satunya adalah saya. Karna saya selalu mendengar Bapak saya, dengan penuh pengalaman Beliau di waktu dunia perkuliahan dengan di situ lah saya juga termotivasi lagi untuk aktif di organisasi, kalau bisa kata ayah saya jadilah orang yang bisa membawakan perubahan untuk masa depan bangsa ini maka dengan ini saya Jadikan dengan ikut organisasi, dengan Bermuhammadiyah, tidak akan ada keluarga yang dikorbankan. Karena dalam Muhammadiyah, kita sering diberikan bekal bagaimana cara merawat keluarga dan mengatasi permasalahan yang ada. Apalagi keluarga kita sangat mendukung anaknya untuk aktif dia dunia nyata, bisa mengenal lebih jauh lagi untuk masa depan anaknya.

Emang Menjadi kader atau anggota, ataupun pimpinan dalam suatu Persyarikatan, haruslah kita imbangi dalam peran kita sebagai bagian dari keluarga, khususnya diri kita sendiri Adanya kita dalam berorganisasi agar menjadi suatu hal yang bermanfaat dan memberi manfaat bagi diri kita, serta keluarga kita di suatu saat. Kewajiban kita kepada keluarga jangan sampai kita abaikan demi organisasi itu ataupun tanggungjawab kita dalam organisasi jangan sampai menjadikan keluarga kita merasa kehilangan sosok dan posisi kita sebagai bagian dari mereka, entah sebagai anak .Sehingga, keluarga tidak merasa keikutan serta keaktifan kita dalam organisasi menjadi suatu masalah bagi mereka, entah karena waktu yang kurang (sering keluar rumah), atau yang lainnya. Maka, beruntunglah ketika ayah atau ibu kita mampu memahami keadaan posisi kita serta beruntung pula ketika anaknya mengerti tanggungjawab dalam berorganisasi. Semoga, dalam kita berjuang melalui organisasi menjadi amal kebaikan bagi kita dan mengalir pula kebaikan itu kepada keluarga kita. Serta, semoga kita kehadiran kita dalam organisasi memberikan manfaat bagi keberlangsungan organisasi, bukan malah menjadi permasalahan dalam berorganisasi.

Penulis : Rizki Maulizar Yusuf
Ketua IPM Lhokseumawe
Instagram : Risky_kpi
Email : riskymaulizar6@gmail.com