Anas & Yus Fauzan Terpilih, AJI Bireuen Siap Kawal Kebebasan Pers
Anas dan Yus Fauzan terpilih secara aklamasi sebagai Ketua dan Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bireuen periode 2025-2028 dalam Konferensi Luar Biasa (Konfertalub) yang digelar di Aula Hotel Djarwal, Sabtu (15/2/2025).
Sidang Konfertalub dipimpin oleh Yusmandin Idris bersama Zulkifli dan Hermanto, serta disaksikan langsung oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) AJI Indonesia, Bayu Wardhana, beserta pengurus AJI nasional lainnya. Acara ini juga dirangkai dengan penyerahan bendera AJI kepada kepengurusan baru.
Dalam forum tersebut, turut ditetapkan anggota Majelis Pertimbangan dan Legislasi AJI Bireuen, yaitu Yusmandin Idris, Hermanto, dan Miswar.
Ketua AJI Bireuen terpilih, Anas, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk memimpin AJI Bireuen selama tiga tahun ke depan.
"Terima kasih atas kepercayaan ini. Juga apresiasi kepada Plt Ketua AJI Bireuen, Adi Warsidi, yang telah membawa organisasi melewati berbagai dinamika," ujar Anas.
Ia menegaskan komitmennya untuk menjalankan organisasi sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) AJI secara nasional. Fokus utama kepemimpinannya adalah membangun solidaritas di antara anggota serta memperkuat struktur organisasi.
"Sesuai arahan Sekjen AJI Indonesia, kami akan membuka pendaftaran anggota baru dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak. Selain itu, kami juga akan menggelar lebih banyak Forum Group Discussion (FGD) guna mendukung program kerja AJI Indonesia," tambahnya.
Sekjen AJI Indonesia, Bayu Wardhana, dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjaga independensi sebagai nilai utama dalam dunia jurnalistik, terutama dalam situasi yang semakin menantang.
"Independensi adalah barang langka saat ini. AJI harus terus menjaga marwahnya, karena selain sebagai organisasi jurnalis, AJI juga berperan dalam memperjuangkan demokrasi," tegasnya.
Bayu menekankan bahwa kekuatan AJI tidak hanya terletak pada ketua dan sekretaris, tetapi juga pada anggota yang aktif dan solid.
"Jika ketua atau sekretaris mulai menyimpang, anggota harus mengingatkan dan mengkritik. Tidak ada senioritas di AJI, semua punya hak berpendapat. Ini penting agar organisasi tetap berjalan di jalur yang benar," ujarnya.
Bayu berharap AJI Bireuen dapat menjadi contoh bagi daerah lain yang sedang menghadapi tantangan dalam organisasi. Ia juga menekankan pentingnya keberadaan AJI yang lebih aktif dan berdampak di masyarakat.
"AJI Bireuen harus menonjol dalam dua hal: pertama, menegakkan independensi, dan kedua, aktif dalam diskusi serta memberikan pencerahan kepada masyarakat," katanya.
Menurutnya, Aceh memiliki potensi besar untuk membangun diskusi publik, termasuk di warung kopi sebagai ruang bertukar gagasan dalam masyarakat demokratis.
"Forum diskusi harus lebih diaktifkan di setiap AJI kota. Ini penting agar AJI tidak hanya mencerdaskan anggotanya, tetapi juga masyarakat luas. Libatkan juga kampus dan dorong keterlibatan lebih banyak jurnalis perempuan untuk kesetaraan," tutup Bayu.
Dengan kepemimpinan baru ini, AJI Bireuen diharapkan semakin solid dalam memperjuangkan kebebasan pers serta menjadi pilar penting dalam menjaga demokrasi di Kabupaten Bireuen. (Miswar)