19 April 2024
Sosial

Suci Ramadhani, Anak Penderita Gizi Buruk di Panteraja Butuh Perhatian

Liputangampongnews.id - Seorang anak gadis yang didiagnosa mengalami gizi buruk di Desa/Gampong Mesjid Kecamatan Panteraja, Pidie Jaya, Suci Rahmadani yang kini tengah sakit membutuhkan perhatian dari dermawan.

Mendapat laporan dari warga, pada hari Minggu (6/6), tim peduli sosial bersama awak media kembali menjelajahi daerah pedesaan dalam Kabupaten Pidie Jaya, dengan menjenguk Suci di rumahnya.

Hingga saat ini Suci Rahmadhani masih membutuhkan asupan nutrisi berupa kalori dan protein yang mencukupi, dengan keterbatasan ekonomi dan segala kekurangannya.

Tim penggiat sosial dalam kegiatan menyapa umat, mengajak Dermawan untuk bahu membahu membantu kebutuhan Suci Rahmadani dalam mencukupi kebutuhannya, agar ia tumbuh Sehat dan normal seperti anak pada umumnya.

Saat ini, kondisi Suci sangat memperhatikan, ia tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa lagi, hanya bisa duduk dan tidur dengan kaki berlipat lutut. Anak perempuan ini berusia 16 tahun dan berat badannya hanya 12 kilogram.

Darwani (50) ibu kandung dari Suci kepada awak media menceritakan anaknya memiliki riwayat sakit sejak usia 3 bulan. Awalnya ia mengalami steb. Karena keterbatasan biaya berobat, sejak berumur 2 tahun Suci mengalami gizi buruk.

"Karena kekurangan biaya kami tidak bisa mengobati ke rumah sakit (secara medis-red). Dulu waktu anak saya Suci masih kecil dan selalu dibawa ke Posyandu jika diadakan di Meunasah dan mendapatkan bantuan susu dan makanan yang dibagikan", cerita Darwani

Sejak dua tahun terakhir ini, keadaan Suci semakin parah. Suaranya hilang dan tidak bisa berjalan lagi. Dan mulutnya pun bengkak karena sakit gigi sehingga makan pun tidak bisa. Dia hanya bisa minum susu sebagai pengganti makanan.

"Lebih sedihnya lagi, selama ini kami tak mampu membeli susu untuk Suci walaupun harganya hanya 15 ribu. Sehingga semakin hari keadaan badannya semakin kecil dan kurus saja," ceritakan Darwani dengan pilu.

"Sekarang karena Suci bukan anak kecil lagi, saat kami bawa ke posyandu petugas mengatakan tidak usah dibawa lagi karena umumnya sudah remaja. Selain itu bantuan susu pun tak pernah kami terima selama ini.

M. Yusuf Ali (48), ayahnya yang berprofesi sebagai pendayung becak barang hanya berpenghasilan sekitar Rp 30-40 ribu per hari itupun kadang-kadang tidak ada.

"Dengan penghasilan segitu untuk makan makan saja kadang tak cukup, apa lagi untuk beli susu dan biaya berobat suci", lanjut cerita Darwati

Uluran tangan dermawan atau pihak manapun sangat kami harapkan untuk bisa mengobati Suci, stidaknya bisa kembali bisa bicara lagi sepatah dua kata dan berjalan lagi satu dua langkah" harapnya

Terkait pendataan dari desa/Gampong sudah sering dilakukan namun bantuan tak pernah datang. Kursi roda sudah ada malahan 2 buah, satunya kursi roda anak dari Misrayana (warga asal Gp. Teungoh, terdeteksi Petugas TKSK Meuraksa Kota Banda Aceh) dan satu lagi ukuran dewasa dari Pemkab Pidie Jaya.

"Terima kasih kepada adik-adik yang telah menjenguk dan melihat keadaan Suci, semoga Allah SWT yang membalas kebaikan kalian semua", Do'akan Darwati seraya berkata saat ini Suci Rahmadani sangat butuh Susu dan Pampers, sampaikan kepada dermawan yang lain ya Dik...

Pemberitaan sebelumnya

Terkait pemberitaan keadaan anak Gizi Buruk "Suci Rahmadani" sudah pernah beberapa kali diberitakan, baik di media cetak, elektronik dan online.

"Pada tahun 2012 saat Suci di rawat di RSUD Sigli - Pidie. Pada tanggal 3 Mei 2018 pernah diberitakan di Televisi Lokal Aceh bertajuk "Miris, Kisah anak 13 tahun pengindap gizi buruk."

Dan pada Sabtu, 22 Desember 2018, salah satu media cetak dan online di Aceh memberitakan "Dinkes Pijay Berhasil Tangani Sembilan Penderita Gizi Buruk"

Mengutip berita isi tersebut, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Pidie Jaya (Pijay) berhasil menangani sembilan penderita gizi buruk selama satu tahun terakhir.

Kepala Dinkes KB Pijay di dampingi Kasie Gizi mengatakan, sepanjang 2018 pihak dinas telah menangani sembilan kasus gizi buruk yang tersebar di lima kecamatan.

"Pada umumnya dalam penanganan sembilan kasus gizi buruk ditemukan bukan diakibatkan oleh riwayat kekurangan makanan atau pangan. Akan tetapi disebabkan oleh penyakit penyerta. Seperti halnya, tuberkulosis serta memiliki riwayat penyakit jantung," sebut Kadiskes Pijay saat itu.

Dalam berita tersebut juga dirincikan penyebaran penderitan gizi buruk dari berbagai kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya.

"Jika memang "Dinkes Pijay" sudah berhasil seperti diberitakan, kenapa keadaan Suci Rahmadani masih seperti ini. Mana pendampingan lanjutan dari Dinkes Pijay terhadap penderita gizi buruk", dipertanyakan para penggiat sosial Pidie Jaya. (***)