25 Juni 2025
Opini

Ragu, Pembisik, dan Kejatuhan Seorang Pemimpin

Oleh: Fakhrurrazi, M.Si., CHt - Ketua DPC PKHI Pidie Jaya

OPINI - Dalam kepemimpinan, ada satu hal yang paling halus namun mematikan yaitu keraguan. Ia tidak menyerang seperti badai, tapi menyusup seperti kabut. Ia mengaburkan arah, melemahkan tekad, dan seringkali membuat seorang pemimpin kehilangan kendali atas kebijakannya sendiri.

Ironisnya, keraguan ini tidak selalu muncul dari lawan, tetapi justru dari pembisik yang berada di lingkaran terdekat, mereka yang diberi kepercayaan namun justru memanfaatkannya untuk kepentingan sempit.

Ragu, Awal dari Segalanya yang Gagal

Allah SWT berfirman..!

 "Maka apabila kamu telah bertekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal."
(QS. Ali 'Imran: 159)

Ayat ini merupakan pesan kepemimpinan yang sangat dalam. Setelah melalui proses berpikir, bermusyawarah, dan menimbang maslahat, pemimpin harus mantap dan tidak boleh gamang. Sebab, pemimpin yang ragu akan kehilangan wibawa, dan keputusan yang tertunda bisa mengorbankan rakyat banyak.

Rasulullah SAW adalah teladan pemimpin yang tegas namun tidak tergesa, berani namun tidak sembrono, dan berhati besar namun tidak mudah goyah. Dalam banyak peristiwa sulit, beliau tetap tenang dan kokoh. Bahkan dalam situasi genting seperti Perang Badar, beliau tidak terpengaruh oleh rasa takut atau suara-suara pesimis.

Sayyidina Umar bin Khattab RA pernah berkata..!

"Orang yang ragu dalam mengambil keputusan akan menjadi mangsa bagi nasihat orang yang tidak amanah."

Keraguan membuka pintu bagi manipulasi. Ia menciptakan ruang kosong yang siap diisi oleh ambisi-ambisi tersembunyi.

Bahaya Orang Dekat yang Berbisik

Dalam sejarah, banyak pemimpin besar jatuh bukan karena serangan lawan, tetapi karena pengkhianatan dari dalam. Orang-orang yang diberi kepercayaan justru menjadi penyebab kekacauan. Merekalah para pembisik, yang menyamar sebagai penasihat, namun sejatinya mengarahkan pemimpin kepada kepentingan mereka sendiri.

Nabi Muhammad SAW bersabda..!

“Sesungguhnya orang yang paling aku takutkan terhadap umatku adalah setiap munafik yang pandai berbicara.”
(HR. Ahmad)

Ucapan manis dan wajah bersahabat kadang menjadi topeng dari rencana yang mengkhianati rakyat dan amanah. Sejarah Islam mengenal banyak contoh tentang ini dari Fir’aun yang dikelilingi penasehat penjilat, hingga Yazid bin Muawiyah yang mendengar bisikan yang menyesatkan.

Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimahnya, mengingatkan..!

"Bahaya terbesar bagi penguasa bukan dari luar tapi dari dalam, orang-orang terdekat yang menyembunyikan niat busuk di balik senyum dan pujian.”

Kepemimpinan Itu Tegas dan Jernih

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menulis bahwa pemimpin sejati adalah ia yang mendengarkan dengan hati-hati, lalu memutuskan dengan yakin. Ia bukan orang yang terbawa arus, tetapi mengendalikan arus.

Pemimpin harus punya keteguhan hati seperti Abu Bakar, ketegasan seperti Umar, kecerdasan seperti Ali, dan kelapangan dada seperti Utsman. Mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah yang selalu menyampaikan nasihat, namun tidak pernah menggoyahkan keyakinan pemimpin demi ambisi pribadi.

Tips Agar Tidak Mudah Ragu dan Tersesat

1. Kuatkan niat dan luruskan tujuan. Pimpinlah karena amanah, bukan demi pujian.

2. Bangun keimanan yang kokoh. Keputusan besar butuh kekuatan spiritual, bukan sekadar logika.

3. Kelilingi diri dengan orang-orang jujur, bukan penjilat.

4. Budayakan musyawarah yang jernih dan terbuka.

5. Teguhlah setelah berijtihad dan bertawakal. Jangan terombang-ambing setelah keputusan diambil.

Keraguan adalah awal dari keruntuhan, dan para pembisik yang tidak amanah adalah pelumasnya. Kepemimpinan yang berhasil selalu lahir dari keyakinan, bukan keraguan; dari keteguhan, bukan kebimbangan.

"Siapa yang menggantungkan keputusan pada manusia, maka ia akan ragu. Siapa yang menggantungkan keputusan pada Allah, maka ia akan tegas."
~Ulama Salaf

Di zaman penuh manipulasi ini, semoga kita semua terutama para pemimpin diberi kejernihan hati dan keberanian untuk tetap setia pada kebenaran. Jangan biarkan bisikan mengaburkan visi. Jangan izinkan ragu menggantikan keyakinan.