Menyelamatkan Kewarasan Mahasiswa
Oleh : Abdan Syakura
Pengurus IPMB
OPINI - Berbicara terkait problem mahasiswa mungkin sangat tertarik untuk dikaji dan dikupas karena sangat penting untuk kebaikan setiap mahasiswa khususnya yang sedang menempuh Pendidikan di perguruan tinggi. Patut ditarik karpet merah bahwasanya kekritisan mahasiswa di era sekarang patut dipertanyakan mengapa? Karena problem ini sangat berpengaruh untuk generasi kedepan yang akan menggantikan para pemangku jabatan di masa akan datang. Menurut sudut pandang menulis, seiring berjalannya waktu mahasiswa seakan sudah depresi terhadap dunia akademis yang sedang ditempuhnya sendiri karena sangking, lemahnya daya kekritisan diakibatkan mindsetnya tidak diasah dan dibiarkan tumpul begitu saja.
Berdasarkan fenomena yang penulis lihat setiap kalangan mahasiswa sudah sangat berbicara diluar konteks keilmuan, sehingga meja diskusi mereka sering dilalaikan yang sangat jauh dari kata manfaat. Seakan-akan mereka sudah lupa akan kewajibannya sebagai mahasiswa. Misalnya, banyak dibuka ruang diskusi melalui zoom maupun link lainnya mereka, menganganggap seolah-olah itu hal tidak penting dan tidak perlu untuk diikuti, karena sangat menguras waktu menurut pola pikir Sebagian mahasiswa sekarang. Sebenarnya diskusi seperti yang penulis uraikan di atas tadi sangat berperan penting untuk diikuti serta diikaji ilmu apa saja yang disampaikan oleh narasumber.
Jika mengikuti setiap materi perkuliahan saja penulis rasa itu tidak cukup karena materi yang dibahas sesuai kriteria yang sudah ditetapkan oleh kampus dan tidak spesifik. Bila setiap mahasiswa berniat menuntut ilmu dalam segala hal, penulis rasa ilmu yang akan digali tidak habis karena sangat banyak jika berbicara terkait keilmuan. Apalagi sekarang banyak tempat menuntut ilmu yang tidak dipungut hanya diharuskan untuk mendengarkan dan diamalkan saja asalkan mempunyai niat kuat untuk mempelajarinya. Andaikan pohon-pohon dijadikan pena serta lautan dijadikan tinta rasanya tidak akan cukup untuk menulis setiap ilmu yang ada di dunia ini.
Pesan emosional yang ingin penulis sampaikan ialah jangan bermalas-malasan untuk menununtut ilmu dan belajar karena ilmu adalah sumber mata air kehidupan. Apabila kita tidak memiliki ilmu layaknya ikan mati karena tidak berada dalam air serta manusia akan mati karena tidak adanya makan begitulah perumpaan orang yang tidak berilmu. Para pendahulu pun mengingatkan agar belajar jangan dikesampingkan, ini patut dijadikan sumber nasehat karena pendahulu sangat antusias dalam menuntut ilmu baik mereka tidak mempunyai perbekaan pada masa itu, tapi mereka sangat mengutamakan ilmu.
Bermacam problem yang penulis lihat saat ini terjadi pada mahasiswa, seakan-akan ilmu ini tidak digunakan dalam berkehidupan. Dalam Konteks ini, penulis mengajak seluruh mahasiswa kritis akan keilmuan dan betul-betul mengedepan kekritisannya sehingga tidak melempem seiring berjalannya zaman. Mari perbaiki diri untuk masa depan yang cemerlang dan layak untuk dijadikan bagi regenerasi nantinya, jangan sampai seperti ikan mati yang dibawa arus dengan tidak mempunyai kemampuan dibidang apapun.
Khususnya untuk mahasiswa mari budayakan membaca untuk dapat menjalani kehidupan yang sejahtera dengan dapat mengimpletasikan ilmu jika dibutuhkan dalam bidang apa saja, jangan sampai selama menduduki profesi sebagai mahasiswa kekritisannya dimanfaatkan dan skillnya tidak tau arah sehingga sampai akhir masa, tidak ada perubahan nantinya dan sama saja seperti orang yang tidak menempuh Pendidikan. Sehingga sia-sia saja menghabiskan waktu dalam bangku perkuliah sungguh sangat mengecewakan karena tidak seperti yang diharapkan.
Sejatinya, mahasiswa adalah agent of change Serta agent of controle dan agent of society jika kriteria seperti yang penulis sebutkan tidak dapatkan dalam bangku perkuliahan takutnya nanti akan menjadi bahan ocehan serta penyakit bagi masyarakat. Setidaknya, jika kita fokus dalam menuntut ilmu dalam belajar ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat bagi masyarakat nantinya. Untuk seluruh pembaca yang Budiman agar sudi kiranya suatu saat akan menjadi orang yang bermanfaat untuk lainnya.
Tidak terlepas daripada itu, kita mahasiswa mengharapkan tujuan yang sama yaitu demokrasi yang kuat dalam NKRI ini, jika negeri mempunyai demokrasi yang kuat dalam bernegera. Maka akan munculnya kesadaran sipil yang aktif dan progresif dalam bernegara. Namun, dalam konteks ini penulis melihat fenomena yang terjadi di NKRI sekarang kondisi negara sedang tidak baik-baik saja bisa dikatakan mengalami kemunduran selangkah demi selangkah karena tranformasi kemadandirian yang dikedepankan oleh rezim membuat masyarakat semakin terancam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Sehingga munculnya berbagai macam problem yang membuat masyarakat merasa bingung dengan kebijakan yang ditetapkan pada era saat ini. Contohnya seperti pemberlakuan PPKM yang tidak ada akhirnya, masyarakat hanya bisa mengetahui kondisi sekarang ini dengan mengkosumsi ataupun mengakses berbagai berita yang muncul dimedia. Masyarakat hanya bisa menjalaninya dan merasakan beratnya hidup dalam masa PPKM ini.
Mahasiswalah yang berada di garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi masyarakat saat ini dengan mengelola isu yang ril serta data dan argumen yang kuat. Biarpun wakilnya tidak mendengar aspirasi dari mahasiswa tapi mereka tetap menyuarakan agar tercapainya keinginan masyarakat yang telah lama diidam-idamkan. Penulis menyarankan agar jangan berhenti bersuara sehingga tercapainya kemerdekaan sesungguhnya.
Justru jika kita tidak mempunyai inisiatif dalam mengawal haluan kepemimpinan, demokrasi hanya berujung ilusi sehingga kita dapat menjaga Amanah yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu melawan penjajah dengan nyawa taruhan supaya penerusnya tidak akan merasakan lagi seperti mereka rasakan.
Semoga saja gagasan penulis ini dapat menginspirasi serta bermanfaat bagi kaum muda khususnya kalangan mahasiswa yang sedang mencari keidealismenya dalam perguruan tinggi serta peka terhadap kenyataan sosial.