Hujan Darah yang Membanjiri Warga Desa Jambo Keupok
Oleh: Muhammad Anas Aufa - Mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah UIN AR-Raniry Banda Aceh
OPINI - Tepat pada tanggal 17 Mei, tahun 2003 bertempat di jambo keupok, Aceh Selatan telah terjadi sebuah kejadian berdarah, yang mana darah tersebut merupakan darah warga sipil yang tidak bersalah. Tepatnya pagi sekitar arah jarum jam yang menunjukkan pukul 07:00 WIB pagi, di mana yang sehendaknya warga desa jambo keupok mulai beraktikvitas untuk mencari nafkah untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, baik itu bertani, berkebun,berdagang, dan lain-lain.
Tetapi tidak pada pagi itu , di mana pada pagi itu merupakan sebuah pagi yang masih diingat oleh masyarakat di desa jambo keupok.sampai sekarang.
Dimana pada pagi tersebut masyarakat-masyarakat di paksa untuk keluar dari kediamannnya masing-masing baik itu perempuan maupun laki-laki, baik itu yang muda, dewasa maupun yang tua yang hidupnya sudah di ambang kematian, bahkan anak kecil tanpa dosa pun juga dikumpulkan pada satu tempat dan mereka pun di interogasi.
Ya, itulah yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena mereka termakan dari sebuah informasi dari informan atau cuak’ (dalam Bahasa Aceh) yang belum jelas kepastiannya.
Dimana informasi tersebut berisi tentang bahwa desa jambo keupok menjadi basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mendengar berita tersebut para Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun bergerak menuju desa jambo keupok untuk menangkap para kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Bukan hanya dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) bahkan dari Para Komando (Parako), dan Satuan Gabungan Intelejen (SGI) juga ikut serta dalam kejadian pada hari itu.
Dan merekapun melancarkan Tindakan tersebut, dimana mereka menyusuri rumah warga satu persatu untuk mencari keberadaan para anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sebenarnya keberadaan mereka tidak ada, dan mereka menginterogasi kepada warga satu persatu dan para warga di interogasi, Ketika mereka menjawab tidak tahu yang sebenarnya memang betul mereka tidak tahu apa-apa mereka dipukul dan di hadapkan dengan senjata, bahkan yang lebih tragisnya mereka di paksa untuk mengakui bahwa dirinya anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sehingga dari kejadian inilah sejumlah warga di pukul, di tembak, bahkan yang lebih dahsyatnya ialah mereka di bakar hidup-hidup, sehingga dari kejadian 16 penduduk sipil yang tidak bersalah ini meninggal dunia.
Dan 5 orang perempuan terluka, empat diantaranya karena ditendang dan di popor senjata dan 3 rumah warga mengalami kerusakan yang cukup parah akibat dibakar. Akibat kejadian ini warga Bergotong royong untuk mencari korban-korban tersebut untuk di makamkan.
Setelah itu, merekapun memutuskan untuk tidak tinggal untuk sementara di rumah, mereka memilih untuk mengungsi ke sebuah masjid yang dekat dengan desa jambo keupok tersebut selama 44 hari karena mereka takut para anggota -anggota dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan kembali lagi ke desa mereka.
Selama mengungsi mereka tidak mendapatkan sedikitpun bantuan dari pemerintah, bahkan bantuan makanan pun tidak di berikan oleh pemerintah. Sehingga mereka di bantu oleh tetangga desa mereka baik itu makanan baju, dan lain-lain.
Setelah dua hari kejadian itu presiden Republik Indonesia pada saat itu Megawati Soekarnoputri mengeluarkan Keppres 28/2003 menetapkan Darurat Militer (DM) di Aceh. Bahkan, yang lebih tragisnya pada saat itu Lembaga masyarakat sipil di Aceh di tuduh bekerja sama dengan anggota GAM dan mereka di bungkam agar berhenti untuk menginformasikan situasi Aceh ke seluruh dunia.
Setelah kejadian malang ini terjadi Pihak Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) di provinsi Aceh mereka mencatat bahwa sekitar 1.326 kasus kekerasan terjadi terhadap masyarakat sipil. Lantas bagaimanakah kabar dari peristiwa tersebut setelah 20 tahun usai kejadian tersebut.
Pada tanggal 11 januari 2023 secara resmi presiden Jokowi menetapkan bahwa kejadian jambo keupok tersebut merupakan pelanggaran HAM berat.
Sayangnya sampai saat ini korban dan keluarga korban belum mendapatkan pertanggung jawaban atas kejadian tersebut. Dan tentunya kejadian tersebut tidak dapat dilupakan oleh masyarakat setempat sampai sekarang dan tentu juga kejadian tersebut tidak dapat di hilangkan tetapi harus di lestarikan agar cucu-cucu kita nanti tau bahwa ada sebuah kejadian yang sangat biadap yang terjadi di desa jambo keupok, Aceh Selatan. Alfatihah untuk para korban tragedi jambo keupok.