21 November 2024
Opini

Harapan Nan Sirna: Refleksi 10 Tahun Kepemimpinan Asli

Foto : Muhammad Rissan | LIPUTAN GAMPONG NEWS

Oleh: Muhammad Rissan (Pemuda Peduli Pidie Jaya)

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kepemimpinan H. Aiyub Abbas - H. Said Mulyadi, SE., M. Si (ASLI) di Kabupaten Pidie Jaya efektif berakhir pada Februari 2024, estafet kepemimpinan daerah pemekaran Pidie itu dilanjutkan oleh Ir. Jailani sebagai Pejabat Bupati yang dilantik oleh Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki kala itu.

Setelah dijabat Ir. Jailani sebagai Pj. Bupati Pidie Jaya. H Aiyub Abbas ikut berkontestasi dalam Pileg 2024 melalui Partai Aceh, dan terpilih beraktivitas di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPR Aceh) sebagai anggota legislatif terpilih hasil Pemilu 2024.

Sedangkan pasangannya H. Said Mulyadi maju dalam bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pidie Jaya periode 2024 - 2029 yang diusung oleh Partai Aceh (PA) dan koalisinya mengusung tema “melanjutkan“ yaitu melanjutkan pemerintahan sebelumnya.

Dalam beberapa kegiatan pertemuan dengan masyarakat di sejumlah lokasi Pidie Jaya, H. Said Mulyadi kerap bernarasi bahwa 10 Tahun duet ASLI di Pemerintahan Pidie Jaya dirinya dalam posisi sebagai Wakil Bupati dan tidak memiliki peran signifikan dalam mengambil keputusan, apalagi membuat kebijakan.

Pernyataan tersebut sungguh sangat kita sayangkan, pertama narasi tersebut bertentangan dengan prinsip regulasi khususnya Undang-undang No. 32 Tahun 2024 Tentang Pemerintahan Daerah, regulasi dimaksud menegaskan bahwa kedudukan Kepala Daerah dan Wakilnya sama dalam hal kepemimpinan pemerintahan sehingga posisi Wakil Bupati tidak dapat menjadi pembenaran untuk totalitas mensejahtrakan rakyat Pidie Jaya, apalagi legetimasi politik itu diberikan rakyat selama dua periode (10 Tahun) kepemimpinan.

Kedua, narasi H. Said Mulyadi pula terkesan seolah-olah 10 Tahun duet ASLI di Pidie Jaya berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Ketiga, narasi itu pula mempertegas kepada kita bahwa “kerusakan“ tata kelola Pemerintahan 10 Tahun ini karena ulah Bupati yang berjalan sendiri tanpa membuka ruang diskusi dengan Wakil Bupati.

Sebagai rakyat kecil, tentunya kita hanya bisa menyesali pernyataan mantan Wakil Bupati, tanpa bisa berbuat sesuatu yang lebih berarti atas pernyataan Said Mulyadi, dan kita hanya bisa berdo’a dalam hati seraya berharap Pidie Jaya akan lebih baik suatu hari nanti.

Dan tentunya  itu semua kita kembalikan kepada masyarakat Pidie Jaya, apakah kmasih  mau tetap bertahan di lubang yang sama atau berani meloncat  untuk melangkah mengukir sejarah baru demi terwujudnya kabupaten Pidie Jaya lebih yang lebih  Maju Nan Meusyuehue. (**)