05 Februari 2025
Kisah
Kemiskinan

Di Pelukan Sang Ayah, Teuku Rizky Kecil Bertarung dengan Jantung yang Lemah

Foto : Teuku Risky Rafisky, Bocah Penderita Jantung, Tetralogy of Fallot (TOF) | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDDi sudut Gampong Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, seorang bocah berusia lima tahun, Teuku Rizky Rafisky, tengah berjuang melawan penyakit jantung bawaan. Tubuh kecilnya yang ringkih telah berkali-kali keluar masuk rumah sakit, berjuang dengan napas yang tersengal. Sejak lahir, ia mengidap Tetralogy of Fallot (TOF), kelainan jantung yang membuat darahnya kekurangan oksigen. Setiap detik adalah perjuangan, setiap embusan napas adalah harapan yang digantungkan pada pengobatan yang masih jauh dari jangkauan keluarganya.

Di balik derita bocah kecil ini, ada seorang ayah yang berjuang sendirian. Disaat anak-anak lain menikmati kasih sayang seorang ibu, Rizky harus menerima kenyataan pahit. Ibunya, Rahmayanti, telah pergi untuk selamanya. Sejak itu, sang ayah, Djauddin, menjadi satu-satunya sandaran hidup bagi Rizky. Namun, bukan perkara mudah bagi seorang buruh harian lepas yang penghasilannya tak menentu untuk membiayai pengobatan anaknya yang terus-menerus membutuhkan perawatan medis intensif.

Hidup dalam keterbatasan, Djauddin tetap berusaha sekuat tenaga. Dengan upah yang tidak seberapa, ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya berobat sang anak. Januari lalu, Rizky sudah tiga kali dirawat di IGD RSUD Pidie Jaya. Pada 28 Januari, kondisinya kembali memburuk hingga harus dirujuk ke RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh. Setelah beberapa hari dirawat, Rizky diperbolehkan pulang, tetapi ini bukan akhir perjuangannya. Pada 5 Februari, ia harus kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan rujukan ke Jakarta, tempat harapan terakhirnya berada: operasi bedah jantung.

Namun, harapan itu masih penuh tanda tanya. Djauddin kebingungan. Bagaimana caranya membawa Rizky ke Jakarta? Biaya perjalanan, akomodasi, dan kebutuhan hidup selama di sana tentu bukan angka yang kecil bagi seorang buruh lepas sepertinya. Apalagi, informasi tentang prosedur rujukan dan fasilitas yang tersedia pun minim ia ketahui. Ia hanya bisa bertanya-tanya, berharap ada jalan bagi anaknya agar bisa mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik.

Di rumah sederhana mereka, tak ada kemewahan, tak ada tabungan, hanya ada doa yang terus dipanjatkan agar Rizky bisa bertahan. Saban hari, Djauddin bekerja serabutan, menerima pekerjaan apapun yang bisa memberi sesuap nasi bagi anaknya. Namun, bekerja keras pun tak selalu cukup ketika biaya medis begitu mahal. Rizky mungkin kecil, tapi semangat hidupnya besar. Ia ingin sehat, ingin berlari seperti teman-teman seusianya, ingin tersenyum tanpa dibayangi rasa sakit yang terus menghantuinya.

Sakit yang diderita Rizky bukan hanya beban fisik, tapi juga beban hati bagi sang ayah. Betapa pilu melihat anaknya meringkuk kesakitan, sementara dirinya tak bisa berbuat banyak selain berdoa dan mencari pertolongan dari siapa saja yang bersedia membantu. Djauddin bukan tak ingin berjuang lebih keras, tapi keterbatasan ekonomi menempatkannya dalam posisi yang begitu sulit.

Kini, harapan Rizky bertumpu pada tangan-tangan dermawan yang terketuk hatinya. Sekecil apapun uluran tangan, akan sangat berarti bagi perjuangannya melawan penyakit ini. Setiap bantuan adalah secercah cahaya bagi langkahnya menuju kesembuhan. Jangan biarkan Rizky kehilangan masa kecilnya dalam penderitaan. Biarkan ia merasakan kehidupan yang lebih baik, seperti anak-anak lainnya.

Bagi yang ingin membantu, bisa menghubungi ayahnya, Djauddin, di nomor 085260082874. Semoga setiap bantuan yang diberikan menjadi ladang kebaikan yang berbuah berkah. Rizky masih ingin hidup, masih ingin merasakan kasih sayang dan kebahagiaan. Mari kita bantu ia menggapai harapan itu. (Teuku Saifullah)