16 April 2025
Kisah

Kisah Ardhi Ridho, Hilal yang Tak Kunjung Tampak

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDArdhi Ridho menarik napas dalam-dalam, menatap layar komputer di hadapannya. Surat-surat yang harus diproses masih menumpuk, tumpukan berkas di meja belum berkurang, dan telepon dari atasan terus berdenting. Ia tersenyum kecil, bukan karena bahagia, tetapi lebih kepada kebiasaan yang sudah melekat dalam dirinyi, menertawakan keadaan yang seakan tak berpihak.

Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, ia tetap bekerja dengan sepenuh hati. Padahal, statusnya masih menggantung. SK Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang dijanjikan sejak lama belum juga terlihat hilalnya. Bahkan kini, Lebaran Idul Fitri sudah di ujung jari, sementara kepastian nasibnya masih jauh dari genggaman.

Sejak diumumkan lulus seleksi PPPK beberapa bulan lalu, Ardhi dan rekan-rekan seperjuangannya menunggu dengan harapan besar. Awalnya, mereka masih semangat membicarakan kapan SK itu turun. Namun, seiring waktu, pembicaraan itu berubah menjadi keluhan, dan lama-kelamaan hanya menjadi gumaman pasrah.

"Bekerja begini rasanya seperti jadi sukarelawan," kelakar salah satu temannya suatu hari.

Namun Ardhi tidak ingin berpikir demikian. Baginya, pekerjaan ini adalah pengabdian, bukan sekadar status. Ia tetap datang ke kantor lebih awal, menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab, meskipun gajinya masih tak menentu.

Di meja kerjanya, setumpuk dokumen menunggu untuk ditandatangani. Sementara di layar komputernya, berita tentang kebijakan baru pemerintah soal PPPK justru semakin menyesakkan dada.

Ardhi Ridho menghela napas lagi. Ia melirik kalender di sudut meja. Ramadhan segera berakhir. Mungkin benar, hilal untuk Idul Fitri lebih mudah ditemukan daripada hilal SK PPPK-nya.

Namun, ia tetap memilih bertahan. Karena baginya, pengabdian tidak ditentukan oleh selembar SK, tetapi oleh hati yang tulus melayani. Meskipun kadang hati kecilnya bertanya, sampai kapan?