Cermin Apresiasi Diri
Oleh: Rahmat Sapaat Siregar - Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh
OPINI - Cermin, bukan hanya sekedar memberitahukan dimana letak kekurangan diri, kesalahan bahkan kotoran yang menempel apa yang ada di wajah, tetapi cermin juga menjadi tenpat kita memperbaiki diri.
Cermin, saat diri meninggal kannya, dia tak pernah mengingatkan atau menceritakan kekurangan, kelebihan diri yang ada pada diri dan orang lain. Di saat diri jenuh dan bosan dan meratapi nasib yang tidak baik, cobalah bercermin kembali.
Masih ingatkah waktu kita pertama sekali bisa mengayuh sepeda, masuk sekolah tk dan dapat nilai 100 ? Bangga sekali diri kala itu. Kita bercermin sembari tersenyum, "Kamu hebat wahai diri." Usia masih sangat belia, tapi rasa syukur dan apresiasi kita selalu melangit. Perlahan..., capaian demi capaian terus diraih hingga hari ini. Entah itu menang kompetisi, bisa menjadi ketua organisasi, dapat hoki tahunan bahkan menapaki sesuatu yang belum pernah kita capai, di saat berdiri nampak sorang diri yang sangat gagah, layak nya seorang pejabat yang sangat gagah di pandang, kita senang dan tersenyum ceria, yang terkadang orang bigung, karena tersenyum sendiri tanpa alasan.
Tapi lihat saat ini, sejauh mana rasa syukur dan apresiasi kita terhadap diri kita saat ini?
Ya.... Makin ke sini, kita semakin jahat, ego pada diri kita sendiri, yang membuat diri sendiri ber penyakit. Selalu menganggap orang lain punya segudang pencapaian, punya skill yang bagus yang selalu kita banding bandingkan di setiap hari kita, yang membuat diri semakin jenuh dan bosan. Sedang kita merasa tak punya sesuatu yang bisa dibanggakan, jalan di tempat, stuck, hidup tapi mati, layak nya orang gila yang tak tau arah tujuan.
Ayolah, coba kembali berdiri di depan cermin sambil katakan dalam hati yang paling dalam, "Wahai diri, kamu sangat hebat”. Akulah orang pertama yang paling bangga padamu, orang yang selalu menganggap mu hebat dan bijaksana dan lain hal semisal nya" Sambil tersenyum, sebutkan apa pencapaian tahun ini, bulan ini, minggu ini, bahkan pencapaian sore kemarin.
Percayalah, jumlahnya lebih dari sekadar pencapaian mengayuh sepeda dulu, dapat nilai 100, dapat juara kelas. Kita sudah menapaki tiap-tiap pencapaian, hanya saja usaha mengapresiasi diri sendiri itu masih sulit sekali kita lakukan di setiap pencapaian. Sekarang cobalah ber terimakasih di depan cermin sambil tersenyum bangga.
Kita kalah dengan masa belia kita yang rasa syukur dan apresiasinya pada diri sendiri selalu melangit. Kita terlalu menyakiti diri kita sendiri. Tidakkah kita rindu dengan seseorang yang hebat berdiri di depan kaca sambil mengucapkan terima kasih pada dirinya sendiri seperti dahulu? Cobalah tinggal kan canda tawa, rokok, hand phone mu, karena media sosial terlalu kejam membuat diri ini selalu dikerdilkan, apalagi di saat kita meihat postingan orang sukses yang mempunyai omset ratusan juta setiap bulan,hari, dan cobalah tinggal kan itu sesaat, tinggalkan habisin scrol status wa, intagram, tiktok dan facebok orang, dan segala hal yang tidak berguna. Karena hal itu membuat diri lupa, padahal ia sudah berjuang dan meraih banyak hal mulai sore kemarin hingga pagi ini.
Cobalah ambil cermin dan luangkan 5 menit berdiri di sana!...
Segera! Atau matikan layar smartphone, rokok ini sekarang juga. Minimal terlihat ada wajah hebat yang paling banyak meraih pencapaian saat ini, namun minim sekali diapresiasi. Apresiasi dia orang yang hebat di depan cermin itu. Dia benar-benar hebat, pencapaiannya lebih dari sekadar mengayuh sepeda, dapat juara kelas dan banyak lain hal.apresasilah yang di depan cermin itu, sembari tersenyum bangga.
Tinggalkan lah keluh kesah mu hari ini, lupakanlah segala masa lalu mu yang buruk itu, berpikir lah untuk masa depan, biarkan lah masalalu mu itu menjadi kenanagan, tugas kita saat ini adalah belajar dari masa lalu untuk menjadi lebih baik, jadikanlah ia sebagai batu loncatan, sampai saat nya diri ini meraih impian dan cita-cita, jangan terlalu membandingkan diri dengan orang lain, jalani jalan nya, apa pun aktivitas, kegiatanmu sekarang, lakukan lah dengan baik. Karena kita hanya bisa berusaha semaksimal mungkin dan allah yang menentukan.
Bukankah, diri sudah melihat, ada yang ber umur 25 tahun masih kuliah, ada yang berumur 25 tahun sudah punya anak dua, ada yang berumur 25 tahun sudah punya omset ratusan juta, ada yang berumur 25 tahun sudah meninggal, ada yang ber umur 25 tahun belum punya apa apa.
Semua itu rahasia Allah, sudahilah diri yang selalu membandingkan dan memikirkan hal-hal yang membuang waktu yang tidak bermaanfat, kita semua punya waktunya masing-masing, setiap orang itu ada masa nya dan setiap masa ada orangnya.