31 Desember 2025
Kisah
BANJIR PIDIE JAYA

Cari Bahagiamu di Sana: Tawa Anak-anak Pidie Jaya di Tengah Lumpur Banjir

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Di bawah langit yang kembali biru, anak-anak itu menuruni gundukan lumpur tanpa ragu. Kaki-kaki kecil menyentuh air keruh, tangan mereka berlumur tanah basah. Di hadapan rumah beratap rumbia yang masih menyimpan jejak banjir, mereka memilih satu hal yang paling mereka pahami, yakni bermain.

Lumpur yang bagi orang dewasa adalah sisa petaka, bagi mereka menjelma arena petualangan. Setiap percikan air memantik tawa. Setiap jatuh disambut sorak. Seolah tak ada yang perlu ditakuti selain kehabisan waktu bermain.

Di sela batang pohon dan dinding rumah yang nyaris runtuh, masa kecil menemukan jalannya sendiri. Tanpa sepatu, tanpa mainan mahal, cukup kebersamaan. Di situ, bahagia tumbuh sederhana, ujur, dan apa adanya.

Wajah-wajah kecil itu tak menyimpan dendam pada air yang datang tiba-tiba. Mereka tak mengerti laporan kerusakan, tak paham angka kerugian. Yang mereka tahu, hari ini masih bisa dirayakan.

Orang-orang dewasa menyaksikan dari kejauhan. Ada sesak di dada, ada haru yang sulit diberi nama. Dari tawa anak-anak, lahir pelajaran paling berarti tentang ketahanan, hidup harus terus berjalan, meski jejaknya masih basah.

Air mengalir pelan, membawa lumpur menjauh. Namun tawa tetap tinggal, menempel di udara. Ia menjadi penawar bagi rumah-rumah yang belum pulih, bagi hati-hati yang masih membersihkan sisa bencana.

Masa kecil memang seperti itu, tak lama, namun kuat. Ia mengajarkan bahwa bahagia tak selalu menunggu keadaan sempurna. Kadang, ia hadir justru di tengah kekacauan.

Cari bahagiamu di sana, wahai anak-anak Pidie Jaya. Di lumpur, di tawa, di pelukan kebersamaan. Dari sanalah harapan belajar bernapas, pelan tapi pasti. (TS)