09 Desember 2025
Komunitas Pijay Gleeh
BANJIR PIDIE JAYA

Bukan Sekadar Bencana, Kerusakan Hulu Sungai Picu Banjir Bandang Pidie Jaya

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID -Banjir bandang yang melanda Kabupaten Pidie Jaya meninggalkan jejak pilu sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Bantaran sungai yang dulu menjadi nadi kehidupan warga kini porak-poranda, dipenuhi lumpur, kayu gelondongan, serta puing-puing rumah dan sawah. Kerusakan itu tak terelakkan ketika debit air melonjak akibat hujan deras berkepanjangan, menerjang segala yang dilintasinya.

Suara kegelisahan pun ramai menggema di berbagai forum warga, termasuk di grup WhatsApp Pidie Jaya. Warga mengingatkan bahwa jika hulu terus dibiarkan dan sungai tak segera dinormalisasi, ancaman banjir akan datang berulang, terutama setiap musim hujan. “Bila kondisi ini dibiarkan, banjir kiriman akan terus meluluhlantakkan perkampungan dan persawahan,” tulis salah seorang warga dalam diskusi yang mencerminkan kecemasan kolektif masyarakat.

Harapan kini disematkan pada langkah cepat pascabanjir. Sejumlah warga mendesak agar normalisasi DAS diprioritaskan begitu cuaca membaik dan memasuki musim kemarau. Pembersihan sedimentasi, penataan kembali alur sungai, hingga penguatan tebing dianggap krusial untuk mengurangi risiko bencana susulan. Penundaan, menurut warga, hanya akan memperbesar potensi kerugian di masa depan.

Sorotan juga tertuju pada ketersediaan alat berat. Warga menilai, di Aceh, termasuk di Pidie Jaya, cukup banyak alat berat milik perusahaan HPH dan pertambangan yang bisa dikerahkan pada kondisi darurat. Namun, pemanfaatannya dinilai perlu keputusan tegas dan koordinasi di tingkat pimpinan tertinggi agar upaya penanganan tidak berlarut-larut.

Indikasi rusaknya hulu sungai tampak nyata dari material yang terbawa arus banjir, kayu-kayu besar mengalir bersama lumpur, menandakan degradasi serius di kawasan hutan. Pemandangan itu menguatkan dugaan banyak pihak bahwa kerusakan lingkungan telah mencapai titik mengkhawatirkan, menjadikan sungai kehilangan daya tampung alami saat hujan ekstrem datang.

Sementara itu, Teuku Saifullah Sekjen Komunitas Pijay Gleeh mengatakan bahwa bencana ini bukan semata akibat cuaca. Ia menyebut ulah manusia sebagai faktor penentu, seperti pembalakan liar, galian C ilegal, perambahan hutan, dan alih fungsi lahan. “Ketika manusia tak lagi bersahabat dengan alam, alam pun menunjukkan reaksinya.”

Teuku Saifullah menyebut, penyelamatan DAS harus dibarengi penegakan hukum dan pemulihan lingkungan, bukan sekadar tambal sulam pascabencana, Senin (8/12). (**)