28 Januari 2025
Kisah

Sejarah Pembangunan Meunasah Gampong Deah Pangwa

Foto : Meunasah Gampong Deah Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Meunasah Gampong Deah Pangwa, yang terletak di Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, memiliki sejarah yang kaya. Diperkirakan, bangunan ini mulai dibangun 55 tahun yang silam pada masa kepemimpinan Keuchik T.M. Gade Bin Teuku Puteh, yang dikenal dengan sebutan Ampon Keuchik Muhammad Gade.

Pembangunan Meunasah Gampong Deah Pangwa tidak hanya didorong oleh Ampon Keuchik Muhammad Gade, tetapi juga melibatkan kontribusi penting dari Tgk.H. Sulaiman Bendeh, T.H. Zainal Abidin, Mahmud Amin, T.H. Sulaiman dan Mukim Syahkubat, yang saat itu masih menjabat sebagai Imum Mukim Pangwa, serta ide-ide dan dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat setempat lainnya.

Selama kepemimpinan Ampon Keuchik Muhammad Gade, Gampong Deah Pangwa mengalami kemajuan selama kurang lebih 30 tahun, meskipun pemilihan pemimpin pada masa itu berbeda dengan yang ada sekarang, di mana beliau ditunjuk oleh tokoh masyarakat dan pemuka agama dengan pertimbangan kualifikasi yang ketat.

Setelah masa kepemimpinan Ampon Keuchik Muhammad Gade, kepemimpinan Gampong Deah Pangwa dilanjutkan oleh adik sepupunya, Keuchik Muhammad Amin Bin Puteh, yang dikenal sebagai Ayah Min. Ia memimpin Gampong Deah Pangwa selama sekitar 12 tahun. Kemudian dilanjutkan oleh Keuchik Ismail Sulaiman dsn Keuchik Munawir Sulaiman Bendeh masing-masing selama satu periode. 

Saat ini Gampong Deah Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, dibawah kepemimpinan Keuchik Ishak Syahkubat, S.E anak dari Almarhum Mukim Syahkubat yang juga merupakan tokoh penting Pembangunan Meunasah Gampong Deah Pangwa. 

Awalnya, Meunasah ini dibangun di pekarangan Masjid Al Ikhlas, tetapi karena pertumbuhan penduduk yang padat, masyarakat memutuskan untuk membangun sebuah Masjid yang lebih dekat untuk shalat Jumat. Oleh karena itu, Meunasah tua dipindahkan ke tanah Meusara yang bersebelahan dengan Masjid Al Ikhlas.

Pembangunan Meunasah ini melibatkan masyarakat yang bekerja secara bersama dengan semangat gotong royong yang tinggi. Kayu untuk pembangunan ditebang oleh warga secara bergotong royong, kemudian dihanyutkan melalui sungai karena pada saat itu tidak ada angkutan yang dapat melewati pegunungan. Ongkos pembangunan dibayarkan dengan padi dan sejumlah uang, sebut Utoh Imum Muhammad Nur, satu-satunya tukang yang masih hidup yang saat ini menetap di Gampong Grong-Grong, Kemukiman Beuracan, Kecamatan Meureudu. 

Untuk diketahui, pembangunan Meunasah Gampong Deah Pangwa melibatkan lima orang tukang profesional kala itu, yakni Utoh Lah sebagai kepala tukang dan empat orang tukang lainnya yakni, Utoh Imum Muhammad Nur, Utoh Makam, Utoh Aceh, dan Utoh Polem Puteh. 

Penting untuk menghormati jasa-jasa tokoh-tokoh seperti Utoh Lah, Imum Muhammad Nur, Utoh Makam, Utoh Aceh, dan Polem Puteh yang berperan dalam pembangunan meunasah ini. Sejarah dan budaya lokal seperti ini adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas suatu daerah dan patut dijaga agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Meunasah Deah Pangwa sekarang telah diusulkan untuk menjadi cagar budaya dan situs bersejarah yang berharga di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Selain sebagai tempat ibadah, Meunasah ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat setempat. 

Keberhasilan pembangunan ini adalah hasil dari kerja sama dan komitmen masyarakat untuk melestarikan warisan budaya dan agama mereka. Ini adalah contoh nyata nilai gotong royong yang sangat berharga dalam kehidupan masyarakat lokal. 

Semangat kolaborasi seperti ini patut diapresiasi dan dijadikan inspirasi dalam upaya melestarikan warisan budaya dan agama serta menciptakan sesuatu yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. (TS