Pj. Bupati Pidie Jaya Izinkan Indomaret dan Alfamart Menjamur, Pedagang Lokal Menjerit
Foto : Dok. liputangampongnews.id | LIPUTAN GAMPONG NEWS
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Indomaret dan Alfamart, dua jaringan minimarket besar, telah menyebar luas di seluruh Indonesia dengan lebih dari 20 ribu gerai. Keberadaan mereka semakin mudah ditemui di berbagai kota dan kabupaten. Namun, popularitas ini juga membawa dampak negatif bagi pedagang lokal dan UMKM, terutama di daerah-daerah yang masih bergantung pada ekonomi tradisional.
Di Padang, Sumatera Barat, misalnya, tidak ada satu pun gerai Indomaret atau Alfamart yang dapat ditemui. Kebijakan pemerintah setempat melarang pendirian minimarket besar tersebut demi melindungi ekonomi lokal. Padang, yang sering dikunjungi wisatawan lokal maupun asing, memilih untuk mempertahankan keberadaan pasar tradisional dan toko kelontong sebagai upaya menjaga keberlangsungan usaha kecil.
Selain Padang, kebijakan serupa juga diterapkan di Kabupaten Aceh Timur dan Abdya. Bupati setempat tidak memberikan izin pendirian Indomaret dan Alfamart di wilayahnya. Langkah ini diambil untuk mencegah dampak negatif pada pedagang lokal dan menghindari monopoli pasar oleh ritel besar. Keputusan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat dan pelaku usaha kecil yang khawatir dengan persaingan tidak seimbang.
Namun, situasi berbeda terjadi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Di daerah ini, kedua ritel besar tersebut menjamur di setiap kecamatan. Saat ini, terdapat dua gerai Indomaret dan Alfamart di setiap kecamatan, yang menciptakan persaingan langsung dengan toko-toko kecil.
Pj. Bupati Pidie Jaya, Ir. Jailani Beuramat, mengambil kebijakan dengan memberikan izin operasi bagi kedua ritel raksasa tersebut, yang kemudian menuai kritik dari pengusaha lokal.
Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie Jaya tidak melakukan upaya penolakan terhadap pemberian izin operasional bagi Indomaret dan Alfamart di wilayah tersebut. Hal ini menuai berbagai reaksi dari masyarakat dan pelaku usaha lokal yang khawatir terhadap dampak ekonomi dan sosial dari kehadiran ritel modern tersebut.
Fauzi M. Daud, S.Fil.I, salah seorang pengusaha lokal di Kabupaten Pidie Jaya, dalam wawancara dengan awak media liputangampongnews.id, Selasa (25/6) menyatakan keprihatinannya terhadap kehadiran ritel besar itu. Menurutnya, Indomaret dan Alfamart dapat mematikan bisnis kecil dan pedagang tradisional di Pidie Jaya.
Masyarakat cenderung lebih tertarik berbelanja di toko modern dengan barang-barang lengkap dan harga yang pasti, yang mengakibatkan penurunan drastis pendapatan bagi warung dan toko kelontong.
Selain itu, kata Fauzi, kehadiran Indomaret dan Alfamart dipercaya bisa merusak ekonomi daerah dalam jangka panjang. Dengan harga yang bersaing dan promosi besar-besaran, minimarket modern ini menjadi daya tarik utama bagi konsumen. Akibatnya, toko-toko tradisional seperti pedagang kaki lima, kios dan toko sembako yang tidak mampu bersaing harga dan tidak memiliki akses ke jaringan distribusi besar berpotensi gulung tikar.
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya seharusnya lebih melindungi toko kelontong, kios, pedagang kaki lima dan minimarket lokal. Dorongan untuk mengembangkan UMKM dapat menjadi solusi untuk meningkatkan perekonomian lokal, sebut Fauzi.
Dengan memberikan dukungan yang tepat, seperti pelatihan, akses permodalan, dan pemasaran, UMKM dapat tumbuh dan bersaing secara sehat tanpa harus berhadapan langsung dengan ritel besar.
Meskipun kehadiran dua ritel raksasa itu ada keuntungan dalam hal penyediaan barang-barang dengan harga kompetitif dan kenyamanan bagi konsumen, namun dampak jangka panjang terhadap pedagang lokal dan ekonomi tradisional tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kebijakan yang bijak dan seimbang diperlukan untuk memastikan keberlangsungan usaha kecil di Kabupaten Pidie Jaya, pungkasnya. (**)