30 Juni 2025
Opini

Masa Depan Pidie Jaya Tak Bisa Dititipkan Pada Masa Lalu

Foto : Dok. Google Image/Ilustrasi | LIPUTAN GAMPONG NEWS

OPINI - Sudah saatnya Pidie Jaya melihat ke dalam dengan jujur dan terbuka, apakah kita benar-benar sedang membangun, atau hanya mengulang pola-pola lama yang dulu telah membawa kita pada keterpurukan? Masyarakat hari ini semakin cerdas menilai, mereka tidak lagi mudah terbuai oleh wacana perubahan jika yang dijalankan hanya sekadar pergantian nama dan wajah, tapi isi dan orientasinya masih sama. Kita butuh perubahan yang lebih dari sekadar formalitas, kita butuh keberanian untuk memutus mata rantai kebiasaan lama yang telah terbukti gagal menghadirkan kemakmuran.

Salah satu ironi yang paling nyata adalah kecenderungan mempertahankan dan bahkan mempromosikan orang-orang yang menjadi bagian dari masalah masa lalu. Mereka yang dulu membentuk pola-pola kerja yang tidak efisien, birokrasi yang kaku, dan gaya kepemimpinan yang lebih sibuk dengan pencitraan daripada pencapaian. Jika orang-orang seperti ini terus diberikan ruang dalam sistem pemerintahan hari ini, bagaimana mungkin masyarakat bisa berharap pada hasil yang berbeda?

Pidie Jaya tidak kekurangan talenta. Di berbagai lini, banyak wajah-wajah baru yang punya semangat, kompetensi, dan integritas. Tapi sayangnya, sistem yang dibangun masih memberi tempat yang nyaman bagi mereka yang lebih pandai membangun relasi politik daripada membangun program kerja. Mereka yang lihai dalam permainan kekuasaan, tapi miskin dalam inovasi dan keberpihakan kepada rakyat.

Pola ini harus dihentikan. Pemerintahan bukan panggung untuk membalas budi atau menyusun tim berdasarkan nostalgia dan kepentingan kelompok. Pemerintahan adalah ruang untuk memilih yang terbaik, yang paling mampu, dan yang paling jujur dalam bekerja untuk masyarakat. Tidak ada tempat lagi bagi mereka yang menggunakan jabatan sebagai alat mencari keuntungan pribadi atau sebagai simbol status sosial.

Pidie Jaya tidak bisa tumbuh di atas fondasi birokrasi yang seremonial. Jika lebih banyak waktu dan anggaran dihabiskan untuk kegiatan yang bersifat simbolik, tanpa ada dampak nyata di lapangan, maka kita hanya memperpanjang kemunduran. Kemajuan tidak datang dari seringnya menggunting pita peresmian, melainkan dari perubahan nyata di tingkat pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan keadilan sosial.

Masyarakat membutuhkan pemerintahan yang punya keberanian moral untuk membuat keputusan yang tidak populer, tapi benar. Termasuk dalam hal memilih siapa yang layak memimpin di dalam sistem birokrasi. Jika seseorang sudah terbukti gagal, tidak peduli seberapa dekat ia dengan kekuasaan, ia tidak layak dipertahankan. Kita tidak sedang bermain-main dengan masa depan rakyat.

Banyak daerah lain sudah mulai berani membangun dengan pendekatan baru dengan memberi ruang pada anak-anak muda, memanfaatkan teknologi, membentuk tim kerja yang berbasis pada kompetensi, bukan koneksi. Pidie Jaya pun harus menuju ke sana. Kita tidak akan pernah keluar dari lingkaran stagnasi jika terus menggunakan pola pikir lama dengan orang-orang yang sudah kehilangan semangat membangun.

Sudah banyak suara masyarakat yang menyerukan perubahan. Jangan abaikan itu. Jangan remehkan kekuatan kehendak rakyat. Karena sekali mereka merasa dikhianati oleh janji-janji kosong, kepercayaan itu sulit untuk dikembalikan. Saat ini, masih ada peluang untuk memperbaiki arah. Tapi waktu tidak akan menunggu.

Ini saatnya Pidie Jaya berbenah, bukan karena tekanan luar, tapi karena kesadaran dari dalam. Perubahan tidak akan datang dari mereka yang dulu menciptakan masalah, tetapi dari mereka yang punya keberanian untuk memutus rantai kegagalan. Mari bergerak, bukan dengan wacana, tapi dengan tindakan nyata. (TS)