Makam Putroe Tsani Permaisuri Sultan Iskandar Muda Tak Terawat
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Sebuah situs bersejarah di Pidie, Aceh, menyimpan kisah yang ironis. Makam Putroe Sani, permaisuri Sultan Iskandar Muda (1607–1636 M), yang seharusnya menjadi simbol penghormatan terhadap kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam, kini tampak terbengkalai. Batu makam patah, pagar roboh, dan tanpa papan informasi sejarah yang layak, situs ini nyaris hilang dari perhatian publik.
Pemerhati sejarah dan budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid, bersama arkeolog Universitas Syiah Kuala Prof Husaini Ibrahim serta dosen UIN Ar-Raniry Hasan Basri M Nur, meninjau langsung kondisi makam pada Rabu (3/9). Dari hasil observasi, mereka menemukan batu badan makam yang direkatkan seadanya dengan semen, sementara kepala dan kaki nisan sudah tidak lagi terlihat.
Kondisi ini membuat mereka prihatin. Satu-satunya penanda hanya pamflet sederhana yang menyebutkan makam ini sebagai benda cagar budaya. “Semua kita mengaku cucu Sultan Iskandar Muda, tapi pada makam permaisuri beliau tidak seorang pun peduli,” ujar Tarmizi, menyesalkan sikap abai terhadap warisan budaya.
Prof Husaini menegaskan, permaisuri seorang Sultan Aceh tidak pantas diperlakukan demikian. “Ini bukan makam orang biasa. Ia permaisuri dari Sultan Aceh. Seharusnya dirawat dengan baik,” katanya.
Sejarah mencatat, Putroe Sani adalah putri dari Teungku Syik di Reubee, seorang ulama besar dan bangsawan terhormat. Kehadirannya dalam sejarah Aceh menjadi simbol pertemuan antara syariat dan kekuasaan, yang pernah memperkokoh kejayaan Aceh Darussalam pada abad ke-17.
Para pemerhati berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan situs berharga ini. Menurut mereka, merawat pusara Putroe Sani bukan sekadar memperbaiki batu nisan, melainkan menjaga martabat sejarah, identitas budaya, dan kebanggaan masyarakat Aceh. (**)








