23 Agustus 2025
Sosial

Maimunah Menangis Memohon, Bupati Pidie Jaya Diminta Turun ke Rumah Reyot Bersama Dua Anak Yatim

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDAngin sore itu menyusup melalui celah-celah papan yang lapuk. Di dalam sebuah rumah kecil di Dusun Haji Yacob, Gampong Meuko Kuthang, Kecamatan Bandar Dua, suara batuk seorang anak memecah keheningan. Di sudut ruangan yang remang, Maimunah (55) duduk di lantai, matanya basah, menyambut siapa pun yang mau mendengar kisahnya.

Rumah yang ia tempati bersama dua anak yatimnya nyaris roboh. Atap daun rumbia bocor di banyak titik, dinding papan keropos, dan lantai tanah yang lembap menjadi pemandangan sehari-hari. Di pojok dapur, tungku masak beralas bata dikelilingi panci-panci usang. Anak bungsunya masih bersekolah, sementara anak sulungnya terbaring lemah di kasur tipis, tubuhnya diselimuti sarung lusuh. “Kalau hujan, kami basah semua. Angin juga langsung masuk,” ucapnya pelan.

Dalam video yang diunggah Jafaruddin ke grup WhatsApp Pidie Jaya pada Rabu (13/8), Maimunah berbicara dengan suara bergetar. Tangannya menunjuk ke dinding yang berlubang, memperlihatkan sinar matahari sore yang menembus masuk. Ia memohon langsung kepada Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya untuk datang melihat sendiri rumahnya. “Tolong, Pak Bupati, Pak Wakil. Datanglah lihat keadaan kami,” katanya, sambil menghela napas panjang.

Ternyata, permohonan itu bukan hanya lewat video. Jauh sebelumnya, pada 11 Januari 2024, Maimunah sudah mengirimkan surat resmi ke Bupati Pidie Jaya. Ia menyertakan fotokopi KTP, kartu keluarga, foto kondisi rumah, dan rekomendasi dari Keuchik Meuko Kuthang serta Camat Bandar Dua. Surat itu berisi permintaan sederhana, satu unit rumah layak huni untuk keluarganya.

Video tersebut menyebar cepat. Warganet yang menyaksikannya merespons dengan rasa iba. Beberapa mengungkapkan niat membantu seadanya, sementara yang lain mendesak pemerintah turun tangan. Mereka tahu, untuk mengubah nasib Maimunah dan anak-anaknya, butuh intervensi nyata dari program bantuan rumah layak huni.

Hingga kini, belum ada kepastian kapan permintaan itu dijawab. Di rumah reyot itu, Maimunah tetap menunggu. Ia tak menginginkan fasilitas dan kemewahan seperti istana raja, hanya sebuah rumah layak huni yang kokoh, agar anaknya bisa beristirahat dengan tenang tanpa takut hujan membasahi bantal, dan agar angin malam tidak lagi menjadi tamu tak diundang. (**)