22 November 2024
Kisah

Ditelantarkan Suami, Safrita Ibu Tiga Anak Asal Tanjung Balai Hidupnya Terlunta-Lunta di Pedalaman Bireuen

Foto : Safrita Bersama Tiga Orang Anaknya | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - .Seorang ibu yang memiliki ttiga orang anak, nasib nya kini menyedihkan dan hidupnya terlunta-lunta di Pedalaman tepatnya di Gampong Pinto Rimba, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen , Selasa (02/08/2022). 

Ibu tiga anak tersebut diketahui bernama Safrita Panjaitan (35) warga Tanjung Balai, Dusun X PS.Baru , Dusun Dukuh Kampung Pematang Sei Baru, Tanjung Balai, Sumatera Utara. 

Dia menikah dengan suami nya bulan Februari tahun 2019, sebelum dia berangkat ke Aceh , disuruh menjual kebun sama suaminya dan suaminya berjanji tidak akan meninggalkan nya setelah kebun di jual, dan juga  untuk mengurus buku nikah atau nikah kembali . 

Lalu setelah itu , dia ikut suami nya ke Aceh yang bernama Mustafa , dan suami nya  suruh dia urus surat pindah ke Aceh , untuk memudahkan nya mengurus buku nikah atau nikah kembali  janji suami nya, ujar Safrita. 

Setelah mendapatkan surat pindah dengan nomor surat SKPWNI/1209/31052022/0044 yang dikeluarkan oleh kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil Asahan , Sumatera Utara pada tanggal 31 Mei 2022, dengan alamat tujuan nya Dusun Syuhada Desa Alue Keutapang, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh. 

Kata Safrita Panjaitan, kisruh rumah tangganya diceritakan Safrita karena suami nya selingkuh. Ditambah lagi dengan sikap mertua yang tidak setuju dengan pernikahan mereka. Kata dia, terkadang juga dirinya mendapatkan perlakuan kasar dan  pukulan dari sang mertua. 

Safrita tidak menyangka sesampainya di Aceh dia mendapatkan perlakuan yang sadis oleh keluarga suami maupun oleh suaminya sendiri. Selain itu, kata Safrita suaminya tidak pernah menafkahinya.

Safrita dikarunia tiga orang anak, yang satu masih bayi, setega itu suami meninggalkan saya, kata dia. Dulu ketika suami nya masuk penjara sayalah yang mengurus nya, bahkan selama suami nya di penjara pun dia berusaha mencari nafkah untuk ke 3  anaknya terutama untuk beli susu si bayi, ujarnya lirih mengenang perjuangan dan pengorbanannya untuk si suami. Namun kini dia tega memperlakukan saya dan anak-anak seperti ini. 

Dikatakannya, berapa hari yang lalu, keluarga Mustafa membawa saya dan kemudian saya diturunkan ditengaj jalan, siapa yang tidak sedih digitukan oleh keluarga suami kita sendiri. 

Dua hari saya terlunta lunta dipinggir jalan, sambil menangis merenungkan  nasib yang saya alami. Untung ada warga setempat yang menolong, kemudian saya dibawa pulang kembali ke Gampong Pinto Rimba. Kini saya menumpang dirumah saudara suaminya. 

Kata perempuan asal Sumut ini, dirinya juga pernah ke kantor Polsek setempat bersama perangkat desa untuk dimediasikan persoalan rumah tangganya. Namun sampai kini belum ada titik temu. 

Dengan berlinang air mata, Safrita berharap kepada pihak yang berwajib dan Muspika setempat memberikan surat izin agar dia bisa di tampung di Gampong Pinto Rimba. 

Sementara itu, Keuchik Gampong Alue Keutapang, Ramli ketika ditemui langsung oleh pewarta media ini membenarkan bahwa Mustafa adalah warga Alue Keutapang. Namun dia tidak tahu istrinya sudah mengurus surat pindah dan mau menetap di Gampong Alue Keutapang.

Kata Keuchik, saya juga tidak tahu, permasalahannya, baru sekarang saya tahu. Kita sudah mencoba mediasi kedua belah pihak agar mereka rukun kembali, namun suaminya tidak menggubris. 

Selaku Keuchik, saya mengharapkan persoalan ini bisa diselesaikan oleh pihak terkait, kasihan Safrita kini hidupnya terlunta-lunta dengan membawa tiga orang anak, apalagi satu anakny masih bayi.

Sementara, Geuchik Gampong Pinto Rimba, Azhari Abdullah, mengaku sangat prihatin nasib yang  dialami Safrita yang kini menumpang tinggal di Gampongnya. 

Sebagai Keuchik Gampong kita sudah melakulan upaya mediasi ke pihak  keluarga, namun sampai saat ini kesimpulannya tidak ada kesepakatan dari pihak suami Safrita. 

Kata dia, semenjak Safrita ditinggal suaminya dia menetap disini dan  warga Pinto Rimba yang membantu sebagai bentuk kepedulian dan rasa kemanusiaan .

Keuchik Azhari mengharapkan kepada yang berwajib untuk bisa melakukan mediasi permasalahan ini, agar bisa segera diselesaikan, dikarenakan Safrita bukan warganya melaikan warga Gampong sebelah. 

Ditambah lagi masyarakat juga takut menampung warga luar tanpa ada izin dari Polsek dan Muspika setempat , ucap Azhari. 

Kapolsek Peudada Ipda M. Nazarullah, S.H kepada pewarta  liputangampongnews.id membenarkan bahwa Safrita sudah mendatang Mapolsek Peudada bersama perangkat desa akan tetapi bukan untuk membuat laporan, mereka datang minta dimediasi antara dia dengan suaminya. 

Kata Kapolsek M.Nazarullah sudah seringkali kami menelpon Mustafa , tapi tidak pernah diangkat hp nya. 
Maka dari hasil mufakat dengan perangkat desa dan keluarga suami Safrita, permasalahan tersebut diambil alih oleh perangkat gampong suami Safrita dan beserta keluarga untuk diselesaikan secara kekeluargaan di desa tersebut dan dari pihak Polsek sampai saat ini belum ada mendapatkan laporan ataupun hasil mediasi dari kedua belah pihak, tutur Kapolsek 

Pewarta : Adi Saleum